Bacaan terbaru

Sabtu, 29 Januari 2011

Data dalam kepingan CD-RW bisa hilang sendiri

Data dalam kepingan CD-RW atau DVD-RW bisa hilang sendiri. Saya tidak tahu apakah ini hal yang umum atau tidak, tetapi pengalaman pribadi saya menyimpulkan demikian. Jika saya mem-burn data di kepingan CD-R hasilnya biasa saja, awet tidaknya tergantung barangnya. Tetapi jika saya mem-burn data itu pada kepingan CD-RW biasanya hanya bertahan sehari dua hari saja, data akan tak bisa dibaca lagi walaupun tak dihapus, nguap kali ya....? Iseng-iseng saya mencobanya pada komputer-komputer lain, ternyata hasilnya sama saja. Semula saya tak ambil pusing dengan efek ini, pokoknya kalau mau nyimpan data penting jangan pada kepingan RW, gitu aja.

Ternyata hal yang sama berulang lagi, saat membeli DVD Skema TV dari DigitalMas ternyata medianya pakai DVD-RW. Begitu buka bungkusnya terlihat kepingan DVD-RW hati saya jadi dag-dig-dug. Setelah dibuka pakai komputer benar saja, cuma DVD Blank !!! Apa gak kesal coba. Lalu coba di komputer lain, sama saja. Masih penasaran, coba di komputer tetangga, sama saja, padahal semua drive yang buat membacanya tak bisa menghapus DVD-RW. Coba di sistem Linux, juga sama saja. Akhirnya saya komplain sambil wanti-wanti jangan pakai kepingan RW, dan seminggu kemudian kiriman DVD Skema TV yang pakai kepingan DVD biasa sampai dan bisa berfungsi dengan baik. Alhamdulillah. Matur nuwun nggih Kang Dede.

Pelajaran berharga, jangan percayakan data penting pada kepingan CD/DVD-RW, setidak-tidaknya hingga waktu saya menulis ini, kepingan CD/DVD-RW belum saatnya dipercaya untuk menyimpan data penting.

Jumat, 28 Januari 2011

Perlukah tukang servis bersaing

Perlukah para tukang servis elektronik bersaing? Untuk menjawabnya saya nyontek dari buku Quantum Ikhlasnya Erbe Sentanu.
Dalam bagian akhir buku Quantum Ikhlas disebutkan:

Kita hidup di alam yang sangat kreatif yang otomatis menjawab setiap kebutuhan setiap orang yang hidup di dunia ini.
Rahasianya, Anda harus smart memilih apa yang Anda fokuskan. Karena, jika anda percaya bahwa segala sesuatunya terbatas, sulit, dan Anda harus bersaing keras dengan sesama untuk mendapatkannya, maka kenyataan itulah yang akan Anda ciptakan secara individual maupun kolektif bersama mereka yang memiliki kepercayaan yang sama.
Tetapi jika Anda percaya bahwa segala sesuatunya disediakan Tuhan dalam jumlah yang selalu cukup untuk siapapun dalam jumlah tak terbatas dan fun untuk bekerja sama meraihnya, maka kenyataan itu jugalah yang akan Anda ciptakan dan nikmati bersama setiap orang lainnya.
Pilihan hidup ada di tangan Anda. Make Smart choices!

Marilah kita ciptakan dunia yang sukses berdasarkan kekuatan hati yang ikhlas.
Marilah kita berdoa agar setiap orang sukses dan bahagia dalam hidupnya.
Mari kita nyalakan cahaya di hati kita dan semampu kita membantu setiap orang agar tenang dan terang hatinya.
Mari kita ganti kompetisi dengan kerja sama dan kita ganti kalimat “inilah hasil kerjaku untukku sendiri” dengan “inilah persembahanku untuk kita semua”.
Mari kita ubah kegelisahan dengan kedamaian dan kita ganti ketakutan dengan kasih sayang.
Dengan memanfaatkan segenap kekuatan fitrawi kita dan menyerahkan hasilnya pada Tuhan, biarlah Dia yang menjadi referensi utama kita. Dan kita semua tahu, tak ada yang tak mungkin bagi Tuhan.

(buku Quantum Ikhlas hal. 212-213)

Teknisi adalah panggilan hidup

Bagaimanakah proses kita menjadi teknisi? Kita bisa disebut teknisi karena memiliki keahlian di bidang teknik. Kata teknisi sendiri kadang kesannya terlalu 'wah' bagi yang rendah hati. Sebutan 'tukang servis' mungkin lebih pas untuk menyebut diri sendiri, sedangkan sebutan 'teknisi' biarkan orang lain yang mengucapkannya. Kebanyakan yang saya tahu (termasuk diri saya sendiri) menjadi tukang servis elektronik adalah suatu proses alamiah. Sejak kecil senang mengutak-atik alat-alat, termasuk alat elektronik, lalu satu demi satu berhasil, lantas dipercaya oleh orang lain, semula hanya keluarga sendiri, kemudian tetangga, dan seterusnya meluas ke tingkat yang lebih luas. Kapan kursusnya, kapan sekolahnya, dan di mana? Secara alamiah tukang servis alami belajar setelah menghadapi masalah, misalnya menghadapi TV yang masih terasa asing, karena merasa belum mampu menanganinya maka ambil kursus, atau baca buku, atau tanya pada yang lebih pintar, baca internet, dsb. Kesimpulannya barang yang diservis ada dulu, baru belajar.

Tetapi mungkin pula ada tukang servis yang naik daun melalui peristiwa sebaliknya, karena tertarik oleh prospek 'mesin penghasil uang' di dunia servis elektronik, lalu ambil sekolah atau kursus di jurusan itu, bahkan ada pula yang tanpa mempertimbangkan bakat. Contoh yang menarik bagi saya, dari 25 orang dalam satu kelas saya saat kursus elektronika, setelah lebih dari sepuluh tahun lulus dari sana, ternyata tinggal saya saja yang masih menekuni dunia elektronik. Kok bisa gitu ya?

Proses seleksi alam akan membawa kita ke dunia kita masing-masing. Kesulitan demi kesulitan yang dihadapi saat menghadapi alat elektronik akan memilah-milah kita mana yang berbakat mana yang tidak. Tanpa 'bakat' seorang teknisi kemungkinan besar akan 'gugur'. Banyak sekali contohnya, karena tertarik oleh uang, orang lalu belajar menjadi teknisi, setelah merasa bisa lalu mencari pasaran, mungkin karena tak mudah mendapatkan pasaran lalu dengan cara menggembosi tukang servis yang sudah mapan, memburuk-burukkan di mata orang banyak, orderpun mengalir, masyarakat ramai-ramai menjadi pelanggannya, tapi kemudian proses seleksi alam membuktikan, tak lama kemudian ditinggalkan para pelanggan, sepi, kemudian usahanya mati. Kok bisa ya?

Bagi yang berbakat kesulitan-kesulitan yang dihadapi adalah 'nikmat', apalagi kalau dapat uang, akan lebih nikmat lagi. Mengutak-atik barang elektronik adalah panggilan hidup, ada kesenangan tersendiri di sana, ada ketagihan (ekstasis) disana. Ada kebahagiaan tersendiri di sana. Sedang bagi yang tidak berbakat kesulitan yang dihadapi boleh jadi merupakan 'siksa', nikmatnya hanya pada hasil materinya saja (uang). Pendeknya, dunia servis elektronik adalah dunianya orang yang berbakat. Bakat adalah karunia Tuhan, melalui bakat dan hobby Dia mengajari manusia dengan caraNya sendiri yang unik. Menekuni bakat dan hobby adalah menyerahkan diri untuk diajari Tuhan, padahal Tuhan adalah robbul'alamin, pengajar alam semesta, jadi pantas saja kalau orang berbakatlah yang jadi 'winner'.

Rabu, 26 Januari 2011

Titik penting pada TV Sharp Wonder - Universe

Semua titik solderan pada TV tentu penting, tetapi tentu tak semua yang perlu dipikirkan. TV Sharp yang menggunakan IC TDA9381PS IX3410, IX3412, IX3368 punya titik-titik yang banyak diminati tukang servis:
Titik B+ IC tersebut terdiri dari 2 macam tegangan, 8V pada pin 14, dan 3,3V pada pin 54, 56, 61.

Titik reset, ada pada pin 60.

Titik power (on/off), ada pada pin 1, saat ON pin ini 'high' mentrigger basis TR Q723 (SMD).

Titik protect, pasti ini paling dicari tukang servis baik cowok maupun cewek, yang udah kawin maupun yang belum, yang udah bapak-bapak maupun mbakyu-mbakyu. Pin protect ada pada pin 8, biasanya terhubung dengan kawat jumper (J223), jika jumper dilepas protect-pun terbuka, TVpun hidup, tinggal cari penyebab kenapa TVnya mrotect. Apa cukup J223 saja? Tidak. Walau J223 sudah dilepas mungkin saja masih mrotect.

Untuk sekedar contoh yang lebih lengkap, kita dapat memperbaiki TV Sharp Universe yang mrotect itu dengan metode ngawuryoben ini, begini, pertama perhatikan kedua gambar ini,
mesin TV Sharp Universe

titik penting TV Sharp Universe
Di situ ada bulatan-bulatan merah adalah titik-titik penting yang perlu dicabut komponennya (tempatnya tidak tepat benar karena fotonya berkualitas jelek, jadi kurang lebih di sekitar situ), semua diodanya  adalah dioda universal (biasa)
  1. D609 protek tegangan 8V
  2. D606 protek ABL/x-ray
  3. D614 protek Heater
  4. D752 protek tegangan 5V
  5. D504 protek tegangan 16V (sound amp)
  6. D502 protek tegangan 45V vertikal (IC TDA8357J)
  7. D503 protek vertikal out
  8. D613 protek pada tegangan 180V
  9. Q603 transistor SMD, protek x-ray
  10. J223 kawat jumper protek utama
Semua protektor itu dilepas solderannya, terus tambah satu lagi: Q723 transistor SMD (tanda panah halilintar di gambar tsb) untuk on-off power supply dishortkan antara kolektor dengan emitor (ground) untuk memaksa power supplynya ON terus, bagian ini mudah ditemukan dengan dioda 2 buah yang bertemu katodanya dan terhubung dengan kolektor TR tsb.
tanda panah : jika bagian tsb dishortkan ke ground, regulator ON
Jika semua hal tsb sudah dilakukan maka TV dapat dipaksa hidup, karena itu berlanjut ke acara selanjutnya yaitu: kepada beliau TV Sharp Universe, jika mau kebul-kebul, cepret-cepret, njlaret, panas, atau mau njeblug di depan mata tukang servisnya dipersilakan.

Kamis, 20 Januari 2011

Kitab Tidak Suci

Kitab suci tentu sudah tahu semua, Al Qur'an, Injil, Weda, Tripittaka, dll. Kalau kitabnya Tidak Suci? Memangnya kitabnya najis? nggak juga. Lha kitab-kitab kuning di pesantren itu juga nggak najis tapi nggak pernah disebut kitab suci.

Yang saya namakan Kitab Tidak Suci sebenarnya adalah sebuah netbook yang saya bawa ke mana-mana, terutama kalau nyervis di rumah orang. Ukurannya hampir seukuran Al Qur'an, beratnyapun hampir tak beda. Layarnya 10'. Harddisk 250 GB. Kalau saya bawa-bawa kitab suci Al Qur'an malah barangkali nampak nggak waras, makanya yang saya bawa adalah kitab yang 'tidak' suci.

Saat nyervis kadang buntu juga akalnya, nah tinggal buka netbook. Buku dan skema yang saat masih berupa kertas memenuhi satu ruangan dengan berat melebihi TV 21' ternyata bisa masuk semua ke dalam netbook, tanpa menambah berat netbook saat dijinjing. Bisa bawa-bawa skema tanpa repot. Masih lagi, bisa buat jendela dunia, ngintip ke mana-mana, bisa buat nyontek tulisan teman-teman. Tidak hanya itu, bisa buat alat ngeflash EEPROM jika disambungkan SPI, bahkan nyolong-nyolong ngopy bin-nya EEPROM TV yang waras.

Ada yang menarik, saat nyervis TV di rumah orang, saya buka si 'kitab tidak suci' buat ngeliat contekan dari blog teman-teman, eh tuan rumah yang lihat berpandangan lain, katanya servisnya hebat, katanya TVnya dideteksi pakai alat canggih, lalu bilang pada para tetangga. Wah, bikin saya melongo, jadi iklan gratis tanpa sengaja. Kesimpulannya, netbook bisa sangat memudahkan pekerjaan tukang servis.

Rabu, 19 Januari 2011

TTB

Saya hanyalah seorang hobbyst, penggemar utak-atik alat-alat teknik, terlebih lagi alat elektronik. Karena itu di dalam benak seringkali tergambar impian menjadi seorang teknisi. Perjuangan ke arah situ hampir setiap hari saya lakukan, tetapi rasanya bukanlah hal gampang. Menjadi teknisi itu ternyata tidak sekedar memiliki kemampuan rekayasa (skill/keahlian) saja, tetapi juga ternyata perlu adanya pengakuan dari pihak lain baik itu dari konsumen maupun dari otoritas sertifikasi.

TTB, Teknisi Tanpa Bengkel adalah obsesi saya sejak awal tahun 2000an. Sebelumnya, lebih dari 10 tahun pikiran saya terpaku pada keharusan adanya ruangan yang memadai untuk usaha bisnis service elektronik. Tempat yang bagus dan nyaman di tepi jalan yang mudah dijangkau dari mana saja, dulu merupakan impian. Tapi kenyataan membuktikan bahwa ternyata hal itu tidaklah wajib bagi seorang montir TV. Servis TV tidak sama dengan servis sepeda motor.

Kebanyakan pemilik TV saat mengalami rusaknya pesawat TV lebih suka kalau TVnya diperbaiki di rumah, lebih-lebih lagi kalau alat itu berupa komputer desktop ataupun kulkas. Faktor repot membawa barangnya, dan faktor malu dilihat tetangga membawa-bawa TV ke tukang servis merupakan penyebab utama. Karenanya lahirlah peluang bisnis baru, servis panggilan. Sang montir/teknisi datang ke rumah menyelesaikan masalahnya. Lalu bengkelpun ditinggal, yang bernilai jual ternyata bukan bengkelnya, tapi kemampuan sang teknisi menyelesaikan masalah pelanggan.

Saat bekerja di rumah pelanggan fasilitas kerja tentu tak senyaman di bengkel, tetapi dengan semangat TTB biasanya pekerjaan selesai. Plus minusnya juga ada, tetapi dari pengalaman lebih banyak positifnya. Jika dibandingkan dengan bisnis lain macam dagang sayur keliling, tukang sol sepatu keliling, gilingan padi keliling, dsb rasanya TTB jauh lebih menjanjikan. Jika para pedagang keliling itu berjalan sambil menawarkan dagangannya, lain halnya TTB, sejauh pengalaman saya 99,999% saya ‘berkeliling’ berdasarkan permintaan pelanggan. Andai saja mau teriak-teriak menawarkan jasa servis boleh jadi pelanggannya bejibun. Masalahnya mampu nggak melayani semuanya..? Itupun seringkali ‘menular’. Di satu kampung yang manggil satu orang, tapi setelah pekerjaan selesai biasanya para tetangga ngikut, bisa dua tiga TV, bahkan pernah satu RT nyerviskan semua. Dan semuanya tanpa membawa pesawatnya ke bengkel.

Tak hanya itu, jika sebagai montir TV mau membawa-bawa peralatan servis portabelnya ke manapun, ternyata peluang itu ada di mana-mana. Dari pengalaman, bisa antar kota antar propinsi, (macam bus aja ya). Mengklaim suatu daerah sebagai wilayah servis masing-masing adalah masa lalu, tak jarang seorang pelanggan yang notabene rumahnya bersebelahan dengan bengkel servis, malah saat TVnya rusak justru angkat handphone manggil TTB dari daerah lain, dan TVpun diservis tanpa dibawa keluar dari ruangannya. Belum lagi karena faktor kenalan, ketemu kenalan montir di jalan atau di sawah bisa berakibat mengundangnya untuk servis di rumahnya. Kok bisa???? Biasa, melihat wajah tukang servis akan membuat orang teringat pada TVnya yang rusak, kali aja wajah para tukang servis itu mirip TV rusak, hehehe....

Ternyata teknisi servis elektronik bisa tak butuh bengkel, karena orang mengundang tukang servis belum tentu disebabkan melihat bangunan bengkel ataupun tulisan reklame, tapi jalinan komunikasi (silaturrahim) dengan sang teknisi. Memilih teknisi adalah masalah hati.,

Selasa, 18 Januari 2011

Refer servicing to qualified personnel

Refer servicing to qualified personnel. Kalimat itu selalu ada tertulis di tutup belakang barang elektronik tempo doeloe, tahun 80an. Belum pernah saya jumpai pada TV keluaran tahun 2000 ke atas. Masih penting tidak ya? Serahkan urusan servis pada yang ahli, kira-kira begitu artinya. Kalau orang menyerviskan TVnya pada yang tidak ahli, ya salah sendiri, sudah diingatkan kok tidak dilaksanakan. Juga bagi yang nyervis, kalau belum ahli kenapa berani-beraninya menerima barang itu untuk menanganinya.

Tukang servis elektronik selalu dituntut untuk menjadi qualified personnel. Karenanya tiada hari tanpa belajar, belajar, dan belajar.

Nyontek itu baik

Nyontek, menyontek saat test di sekolah pasti merupakan hal yang dipandang buruk, jahat, merugikan diri sendiri dan memalukan. Tapi di dunia teknisi elektronika sama sekali tidak buruk, teknisi yang sedang berjuang menaklukkan barang elektronik yang ngadat, rusak ataupun bermasalah, malah lebih baik nyontek !!! Tinggal baca-baca aja tulisan sharing para master, jika ada yang pas dengan yang sedang dihadapi, nyontek aja. Dijamin pak guru bu guru tak akan marah.

Barang yang diservis adalah amanat. Yang empunya sudah mempercayakannya pada sang teknisi. Yang empunya pasti berharap bahwa barangnya akan ditangani dengan baik dan tidak "ngawur". Pasti pula berharap agar sang teknisi adalah "qualified personnel". Nah, rajin menyontek saat mengerjakan servis barang elektronik adalah "hal yang baik". Sang montir lebih terhindar dari hal-hal yang tidak perlu, terhindar dari ngawur, dan yang empunya barang terhindar dari menjadi korban percobaan.