Bacaan terbaru

Kamis, 15 Desember 2011

IC TDA8357J pada TV Sharp Universe

TV Sharp Universe di tempat saya termasuk TV yang paling sering masuk bengkel. Data TV ini :
  • IC TDA9381PS--IX3368CEN4 (micom), 24C04 (eeprom), TDA7056 (audio), TDA8357J (vertikal), STR6653 (regulator), T573J (reset), 48M033 (supply 3,3V), KIA7808A (supply 8V), KIA7805A (supply 5V), SE115N (B+ 115V) 
  • FBT: F0193PEN1-SA. 
  • Titik-titik proteksi dapat klik di sini dan di sini.
Kasus paling sering yang saya jumpai pada TV ini adalah masalah vertikal, ditandai dengan satu atau beberapa garis horisontal, kadang di tengah-tengah tapi kadang pula di atas, dan tentu saja protek.
skema TDA8357J pada TV Sharp Universe

Pengalaman saya yang paling sering pada bagian vertikal ini adalah:
  • solderan kendor pada pin-pin IC dan komponen sekitarnya terutama yang SMD, untuk solder ulang mungkin perlu membersihkan lem yang ada di titik solderan terlebih dulu.
  • R 505 (33 ohm 1/2 watt) pada catu 45V terbakar, saya pernah keliru menggantinya dengan 22 ohm (gara-gara nggak ada skema dan nggak ada yang mau dicontoh) lalu main kira-kira berdasarkan bekasnya yang masih sedikit kemerah-merahan, akibatnya TR H-OUT jadi tidak awet.
  • kadang-kadang ICnya itu sendiri yang rusak, pernah juga elco pada supply 45V (100u/63V) dan pada supply 16V-nya (1000u/25V) kering.
  • dari gambar skema di atas: protektornya adalah D502 (pin 3) dan D503 (pin 6).

Minggu, 25 September 2011

Review EEPROM Programmer

Alat pemrogram IC memory (EEPROM) saat ini sedang ngetrend diminati di mana-mana walau di toko-toko elektronik kebanyakan masih belum tersedia. Saya yakin semua teknisi elektronik pasti pernah punya keinginan memilikinya. Dari yang paling sederhana berupa alat copy dari IC ke IC yang tanpa komputer hingga yang harus pakai komputer, apakah itu dengan port paralel, serial, maupun USB, hingga alat yang lengkap, bisa pakai komputer maupun tidak. Harganya pun nampaknya cenderung terus turun dan turun. Bagaimana nggak akan turun, yang butuh adalah para teknisi yang rata-rata gatel ingin menguasai teknologinya, bisa menirunya, bisa bikin sendiri. Andaipun beli paling juga cuma sekali, saat butuh lagi barangkali sudah bisa bikin sendiri dengan jumlah lebih banyak, bahkan mungkin bisa lebih bagus.
Gbr1: skema alat copy eeprom 24Cxx tanpa komputer
Gbr2: skema alat baca tulis eeprom 24Cxx melalui port serial komputer yang sederhana.
Gbr3: skema alat baca tulis eeprom 25xxx (memory DVD) melalui port serial komputer yang sederhana
Gbr4: skema alat baca tulis eeprom 24Cxx melalui port paralel yang sederhana

Selasa, 20 September 2011

Fenomena Kondensator Keramik 203

Kondensator keramik ukuran 203 (= 20.000 pF) bagi saya punya cerita sendiri, karenanya saya sebut fenomena. Sudah lebih setahun ini saya melupakan fenomena itu karena saya pikir sudah ketinggalan zaman dan tak ada lagi. Tapi eh, menjelang lebaran kemarin ternyata saya masih menemui kasus yang sama, padahal peristiwanya sudah berlangsung sejak lama, tahun 1990 saya mendapatkan pengalaman pertama menangani kasus itu, awalnya tentu saja bingung, tapi ternyata di saat berikutnya ada kasus yang sama hampir tiap hari, hingga ratusan atau mungkin ribuan kali selama dua dasawarsa.

Oke, kasusnya itu begini, pada pesawat penerima radio, baik AM maupun FM, terutama yang merknya kelas ekonomi, selalu saja mengalami kasus matinya kondensator keramik ukuran 203 di bagian RF-IF. Jika radionya mati, tak nangkap siaran, tangkapan siarannya lemah, atau kalau sudah beberapa saat lalu mati sendiri tak nangkap siaran, boleh jadi penyebabnya adalah shortnya kondensator keramik ukuran 203. Begitulah, saya dulu sampai hafal, tiap kali menemui radio dengan kasus kayak gitu, langsung saja babat direboisasi itu kondensator keramik yang ukuran 203, karena itu mesti selalu stok kondensator ukuran 203 agak banyak, lebih banyak dari yang lain. Walau yang short cuma sebuah tapi tak ada salahnya kalau yang diganti sekitar 4 hingga 10 kondensator.

Selasa, 23 Agustus 2011

Printer Canon IP1880 kemasukan koin

Kemarin saya diminta memperbaiki printer, sebuah printer Canon PIXMA IP1880. Gejalanya kertas tak bisa masuk ke dalam printer, hanya masuk sedikit yang separo, kemudian kertas tertekuk, jadi kripet-kripet terus kertasnya rusak, dilanjutkan lampunya ngeblink.

Printer saya bongkar, alat yang digunakan adalah obeng minus dan obeng plus. Pertama buka tutup samping kanan dan kiri. Penguncinya ada di bawah arah belakang ditandai dengan tanda panah, dengan obeng minus penguncinya dibuka sambil tutup tsb ditarik ke belakang agak ke atas. Setelah kiri kanan terbuka dilanjutkan dengan membuka tutup atas, ada 2 sekrup di depan kanan dan kiri yang mesti dibuka dengan obeng plus. Kemudian buka penguncinya di bagian tutup belakang, ada 2 buah pengunci ditandai dengan tanda panah, baru tutup atas bisa diangkat. (Perlu ketrampilan tersendiri untuk bongkar pasang casing printer ini).

Setelah casing terbuka bagian jalan masuk kertas bisa terlihat jelas. Ternyata di dalamnya ada sebuah benda asing, yaitu sekeping uang receh Rp 200 yang mengganjal. Pantas saja printer jadi tak bisa digunakan. Dengan sebuah pinset koin tersebut bisa saya ambil. Sekalian dibersihkan. Setelah itu dicoba dalam keadaan terbuka dihubungkan dengan komputer. Tombol yang biasanya tertekan tutup atas saya tekan secara manual saja pakai tangan. Ternyata printer sudah bisa berfungsi dengan baik. Alhamdulillah, tinggal selesaikan dengan menutupnya. Jadi matikan lagi, lepas kabel listriknya, lepas kabel USBnya, pasang tutup atas, setelah betul lalu disekrup, lalu lanjutkan tutup kiri kanan, pasang lagi kabelnya, hidupkan lagi, ditest lagi dengan mencetak halaman test, dan selesai.

Senin, 22 Agustus 2011

Netbook harddisknya "hilang"

Ternyata netbookpun bisa mengalami masalah harddisk "hilang", bukan karena dicuri ataupun minggat, tapi karena proses perlakuan pengguna. Hal ini pernah beberapa kali saya alami walau itu netbook masih relatif baru dan dalam masa garansi.

Suatu hari saya mau membuka netbook untuk melihat skema dan datasheet, tapi alangkah terpukulnya saya waktu itu karena saat netbook dihidupkan hanya muncul "Operating system not found". Saya ulang-ulang menyalakannya tetap saja begitu. Lalu saya cek BIOS dengan menekan F2 saat booting, hah!!, ternyata tak ada harddisk di sana. Waduh, harddisknya mati nih, padahal ada berpuluh-puluh GB data penting di sana. Mampus aku maak!!!

Masih untung saya punya sebuah liveusb, yaitu flashdisk yang berisi sistem operasi linux yang dapat boot dan berjalan dari USB. Dengan benda itu saya dapat menggunakan netbook untuk berbagai keperluan penggunaan komputer, dari aplikasi perkantoran, multimedia hingga internet dapat dijalankan dari situ. Tapi saat mau mengakses data yang ada di harddisk netbook tersebut sama sekali tak ada harddisk terdeteksi.

Ternyata solusinya mudah saja, setelah hampir tiga hari "kehilangan harddisk" lantas timbullah ide coba-coba, netbook tersebut saya 'dedeg' dengan tangan, maksudnya netbook (dalam keadaan mati) dipegang tangan kiri dengan posisi miring, lalu bagian tepi yang di bawah di'dedeg' (=disodok?) dengan telapak tangan kanan sehingga terguncang. Setelah itu dinyalakan, wow, ternyata netbooknya normal lagi. O ya, pernah yang kedua kalinya saya men'dedeg' netbooknya agak keterlaluan ternyata malah berakibat sebagian datanya jadi error, jadi 'non-contiguous' sehingga mesti discan dulu, bahkan ada yang terpaksa harus dihapus.

Rabu, 10 Agustus 2011

Laptop Acer Aspire 4315 tak mau hidup

Sebuah laptop merk Acer Aspire 4315 dibawa kepada saya dengan keluhan tak mau hidup. Jika dinyalakan hanya menyala lampu powernya sebentar lalu padam lagi. Diulang-ulang tetap saja seperti itu. Waduh, apanya ya? Terus terang baru kali ini saya menghadapi laptop model ini dengan kasus demikian, biasanya laptop yang dibawa ke saya masalahnya cuma masalah software, kalau ini sepertinya masalah hardware.
Sebelum membongkar saya belajar dulu, baca-baca artikel tentang laptop, juga browsing dulu hingga akhirnya keberanian main bongkar muncul. (Kalau tahu pengalaman orang lain kan jadi mantap).

Dengan sebuah obeng + dan sebuah hairdryer sebagai alat service perbaikan dimulai, laptop saya lepas baterenya dulu, lalu buka penutup bawahnya, RAMnya ada 2 buah saya lepas semua dan saya bersihkan, kemudian bagian dalam laptop saya panasi dengan hairdryer, setelah itu RAMnya juga dipanasi, lalu dipasang lagi. Kemudian batere dipasang kembali, charger dipasang, tunggu sampai sekitar 5 menit biar kalau baterenya tekor bisa isi lagi. Setelah itu coba dinyalakan, ternyata berhasil. Laptop menyala dan bisa digunakan kembali. Alhamdulillah, tinggal sempurnakan pasang tutupnya, dan beres sudah.

Minggu, 07 Agustus 2011

Hama Tikus di TV

Akhir-akhir ini hama tikus menyerang di daerah sekitarku. Banyak tanaman padi di sawah yang rusak walau tak sampai gagal panen. Tak hanya di sawah, di rumah-rumah pun jumlah tikus meningkat, kerusakan yang ditimbulkan juga jadi lebih banyak, salah satunya serangan tikus di perangkat elektronik semisal TV.

Hampir tiap hari ada saja TV rusak yang setelah dicek ternyata akibat ulah tikus. Paling banyak karena dikencingi, akibatnya bervariasi, ada yang hilang gambarnya, ada yang jadi tak bersuara, ada yang mati total, ada yang jadi gelap layarnya, ada yang bolong kabinetnya digerogoti, ada yang kabel-kabelnya putus 'dicacah', ada yang kotaknya jadi nyetrum saat disentuh, bahkan ada yang sampai 'kebul-kebul' berasap saat dinyalakan.

Tanda-tanda khas adalah adanya bau pesing, basah-basah di beberapa bagian, dan kadang sudah mulai bikin keropos. Mungkin air kencing tikus itu bersifat memakan logam disamping bersifat menghantar arus listrik. Bagian yang kena air kencing ini akan jadi short (konslet). Cara mudah mengeceknya adalah ditest pakai ohmmeter, bagian yang seharusnya isolator akan menjadi konduktor walau nilainya mencapai ratusan kilo-ohm.

Cara memperbaikinya tentu saja dimulai dengan membersihkan air kencing tikus tersebut pakai air, karena pelarut air kencing adalah air, bukan thinner, bukan bensin. Kalau perlu pakai sabun. Kuas sangat berguna untuk menyikatnya. Setelah bersih kemudian dikeringkan. Alat pengering yang mudah bagi tukang servis pemula adalah HAIR-DRYER karena sifatnya yang ringan, mudah dibawa-bawa, praktis, dan harganya relatif terjangkau. Jika mesin TVnya sudah bersih dan kering barulah melangkah ke langkah selanjutnya, mengecek ada tidaknya bagian yang putus karena karat, karena air kencing tikus tersebut menyebabkan terjadinya karat (korosi). Biasanya ada bagian yang berwarna biru kehijauan yang jika dibersihkan di dalamnya ada karat, bersihkan sebersih mungkin, kalau ada yang putus bisa disambung dengan kawat (kabel) yang dipatri (disolder). Kalau memungkinkan, bagian-bagian yang terkelupas catnya tersebut dilapisi kembali dengan bahan yang dapat mencegah karat. Berdasarkan pengalaman, mesin TV yang sudah pernah dikencingi tikus akan jadi relatif mudah rusak nantinya karena bagian-bagian logamnya jadi sangat mudah berkarat, mungkin lapisan anti karatnya jadi hilang karena air kencing tikus tersebut.

Biasanya, kebanyakan yang saya jumpai, TV-TV yang rusak karena tikus itu hanya sampai langkah-langkah di atas sudah bisa normal kembali. Tetapi adakalanya ada komponen yang terlanjur rusak dan mesti diganti, misalnya switch di panel TV biasanya jadi macet, kaki komponen kadang ada yang putus keropos, resistor yang rusak biasanya kelihatan catnya mengelupas, kadang pula ada yang socket CRTnya jadi rusak dengan ditandai gambar kabur, bahkan hingga ada yang kumparan defleksinya terbakar hingga 'kebul-kebul'.

Selasa, 26 Juli 2011

Mengakali VCD ngambeg

Mengakali orang lain pasti bukanlah hal yang terpuji, tetapi mengakali VCD yang ngambeg pasti bukanlah hal yang buruk, lebih-lebih bagi masyarakat di desa yang lebih cenderung mau ngirit. Ada VCD kok ngambeg? Emangnya cewek atau anak-anak, kok pakai kata ngambeg. Tapi begitulah, karena masyarakat sekitarku adalah masyarakat yang humoris, maka kata-kata "VCD ngambeg", "TVnya sakit minta disuntik", "radionya batuk-batuk minta dipijit" dan sebagainya hampir tiap hari saya dengar.

Kali ini VCD ngambeg tersebut punya gejala begini, jika membaca disk yang rekamannya jelek kemudian hang, tidak tanggung-tanggung, displaynya padam, di layar TV hanya ada warna ungu, dan tentu saja macet, hanya lampu penerang display saja yang menyala. Jika VCD dimatikan, baik itu ditekan saklar powernya maupun dicabut kabel listriknya lalu dihidupkan lagi, tetap saja keadaannya mati seperti itu. Apakah MPEGnya almarhum?

VCD saya buka, saya cek blok power supply, tegangan 5V dan 8V normal. Saya cek semua socket kabelnya, sepertinya tak ada masalah. Coba lagi, masih saja mati. Cabuti socketnya lalu pasang lagi, dicoba, eh kok malah lampunya sekarang nggak nyala? Ternyata ada yang kelewatan, socket VCC +5V GND +8V belum terpasang. Saya pasang saja dalam keadaan power supply sudah ON gitu, eh lhadalah, kok malah VCD langsung hidup, normal. Betul-betul normal. Ganti-ganti disk tetap saja normal. Ya sudah, anggap saja selesai.

Ternyata dua minggu kemudian kumat lagi, karena sudah tahu rahasianya maka mudah saja, saat kumat seperti itu tinggal cabut socket VCC tersebut lalu pasang lagi dalam keadaan power ON, sudah, normal lagi.

Selang seminggu kemudian kumat lagi. Kali ini mesti diakali. Setelah mikir-mikir lantas saklar powernya saya ganti dengan push switch 2x6. Kabel +5V dan +8V dipotong disambung kabel lalu dilewatkan saklar tersebut. Dengan cara seperti itu tiap kali VCDnya ngambeg cukup dengan mematikan saklar power dan hidupkan lagi, sudah, tak perlu bawa ke tukang servis lagi.

Senin, 04 Juli 2011

Duit nggak bohong

Orang-orang di sekitar saya biasa mengucapkan kalimat tersebut, duit nggak bohong, (=dhuwit ra ngapusi, Jw). Kisah pengalaman saya kemarin menjadi bukti kebenarannya.

Beberapa hari yang lalu di kota terdekat saya, ada pameran produk komputer. Saya bersama keluarga yang sedang ada keperluan di kota itu lalu mampir lihat-lihat pameran tersebut. Ternyata barang-barang yang dijual murah-murah, misalnya netbook 10' ada yang 1,9jt, laptop 14' 2,9jt, modem USB CDMA 150rb-an, dsb.

Saya langsung tertarik pada modem USB CDMA Venus VT-28 yang dihargai 165rb, padahal teman saya beberapa minggu yang lalu beli seharga 195ribu. Tanpa pikir panjang saya terus membelinya, saya minta ditest dulu, tapi sayangnya kartu Flexi yang biasa saya pakai tak saya bawa, maklum kami ke sana cuma mampir. Penjualnya juga tak siap kartu yang siap pakai, jadi walau ditest di laptop tetap saja tak bisa teliti.


Setelah di rumah modem saya coba, softwarenya khusus buat windows, ada fitur internet, SMS, dan Voice. Ternyata yang bisa hanya SMSnya saja, bisa ngirim, bisa terima SMS, dan bisa masuk jika di-call dari ponsel lain, tetapi tak bisa memanggil, tak bisa cek pulsa, dan tak bisa konek internet. Semula saya mengira ada trouble di jaringan, tetapi ternyata jika kartunya dipindah ke modem lain bisa normal, kesimpulannya modem baru tersebut tidak beres.

Besoknya saya ke pameran kembali, modem saya kembalikan dan ditukar dengan modem VT-80N yang lebih murah, uangnya juga dikembalikan sesuai dengan beda harganya, kata penjualnya ternyata banyak pembeli yang mengembalikan modem seperti itu juga.


Kejadian tsb menjadi pelajaran bagi saya, duit nggak bohong. Teman saya yang beli 195rb itu nggak salah pilih, karena dia mendapatkan fiturnya lengkap. Modemnya benar-benar berfungsi 100%. Sedang saya yang membeli murah mendapatkan barang yang mungkin sebenarnya cuma afkiran (BS). Bahkan si Venus VT-80N itupun kalau buat call tak bisa bunyi. Jadi terhadap barang teknik yang berharga murah jangan senang dulu, walau nampaknya sama belum tentu kemampuannya sama, bahkan mungkin barang hasil sortiran yang ada cacatnya. Dan bagi yang pernah membeli dengan harga mahal juga tak perlu menyesal, karena boleh jadi duit nggak bohong, walau mahal tapi bisa berfungsi sempurna.

Kamis, 16 Juni 2011

Berhati-hati pada kit rakitan

Para penggemar utak-atik elektronik semakin dimudahkan dengan aneka macam kit rangkaian elektronika rakitan yang dijual di pasaran. Tetapi walau begitu sikap hati-hati dan waspada tetap perlu dipakai saat mengambil manfaat dari benda-benda tersebut. Beberapa kisah pengalaman saya ini dapat menjadi contoh pelajaran akan perlunya sikap kehati-hatian.

1. Seorang teman datang membawa VCD kepada saya, dia juga seorang penggemar utak-atik, karena itu VCDnya yang mati total digantinya dengan power supply yang baru yang modelnya hampir persis dengan aslinya. Ceritanya setelah kit tsb dipasang lalu VCD dinyalakan, ternyata langsung "jdet!!" rusak mati seketika. Kemudian diceknya apa yang rusak, ternyata transistor power regulatornya short, karena itu dibelikan gantinya lalu dipasang. Kemudian dinyalakan lagi, hasilnya sama lagi, "jdet!!" rusak seketika. Kapok dan nyerah dia, lalu VCD dibawa ke saya. Saya kemudian meneliti power supply tsb, ternyata posisi pemasangan transistornya terbalik, tidak hanya bendanya tapi juga gambar di PCBnya menunjukkan terbalik. Setelah transistornya saya ganti mengikuti jalan pikiran saya ternyata VCD bisa hidup normal. Yang bikin kami heran adalah kit tersebut ada stikernya bertuliskan TESTED.

2. Seorang teman yang suka ngrakit datang ke saya membawa sebuah kit amplifier stereo, katanya setelah dipasang yang sebelah nggak bunyi. Saya perhatikan kit tsb, ternyata ada solderan yang nggandeng sebelahnya, dengan solder saya pisahkan itu solderan, kemudian saya tes lebih lanjut hingga beres. Ternyata walau kit tsb dari sononya tidak beres seperti itu tetap saja di kemasannya ada tulisan TESTED, bahkan ada logo ISO 9002. Boongan lagi kan?

3. Seorang teman datang ke saya dengan gembira karena barusan membeli kit amplifier, katanya merknya sudah beken, ada tulisan TELAH DITEST serta logo ISO di kemasannya. Untuk menghidupkannya tinggal menyambung kabel ke trafo adaptor dan kabel speaker saja, karenanya kami tak berpikir panjang, langsung saja disambung lalu dicoba, hasilnya, "dugg!!!", kedua speaker yang digunakan langsung tewas seketika. Setelah diteliti ternyata kit tersebut beberapa transistornya terbalik pemasangannya. Percaya pada iklan di kemasannya telah melalaikan kami dari kehati-hatian.

Pelajaran yang bisa diambil adalah, hati-hati pada kit-kitan yang beredar di toko, sebelum dipakai cermati dulu, siapa tahu masih ada kesalahan di sana. Tulisan TESTED, TELAH DITEST, TELAH DIUJI, Mutu Terjamin, Export Quality, ISO 9001, 9002 dan sebagainya bukanlah jaminan. Pembeli part elektronik adalah pembeli yang paling lemah hak hukumnya, ingat saja, hampir semua tokonya memberlakukan aturan: "Barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan." Boleh jadi membeli part atau kit elektronik bagaikan membeli LOTRE, atau bahkan ibarat MEMBELI KUCING DALAM KARUNG.

Senin, 13 Juni 2011

DVD player ganti power supply

Sebuah DVD player dibawa ke meja kerja saya untuk diperbaiki, keadaannya mati total. Setelah dibuka langsung kelihatan bagian power supplynya bermasalah, IC power supply yang berupa IC 8 pin dalam 2 baris (DIL) nampak pecah, kasus yang biasa terjadi dalam bidang DVD/VCD. Solusinya ganti saja itu modul power supplynya, tetapi terlebih dulu dicek bebannya (MPEG), jangan-jangan antara B+ dengan groundnya short. Dengan ohmmeter x10 probe merah di ground dan probe hitam di jalur B+ bisa diketahui short tidaknya itu MPEG. Ternyata hasil pengecekan menunjukkan tidak ada kelainan.

Di toko ada banyak pilihan modul power supply DVD, jadi tinggal milih mana yang kira-kira paling cocok ukurannya. Kalau yang persis sama jarang adanya. Setelah dapat yang cocok lalu dipasang, kabel-kabelnya ternyata ada yang perlu dipindah letaknya. Dalam hal ini perlu cermat penempatannya dengan berpedoman pada tulisan yang tertera pada PCB. Keliru bisa berakibat fatal.

Setelah yakin benar semua lalu dicoba dihubungkan ke listrik, tanpa beban dulu untuk mengecek normal tidaknya. +5V dan +12V diukur normal, selanjutnya beban dihubungkan, DVD dinyalakan, langsung hidup, dikasih disk VCD juga jalan normal, alhamdulillah, tetapi baru sekitar 3 menit mendadak 'jret!!!' sekringnya memercikkan api, putus, dan mati total lagi. Waduh, baru berapa menit kok sudah alamarhum. Saya cek itu power supply, sekring putus, transistor powernya short, nomornya DD2335. Ah, coba aja ganti dengan MJE 13005 yang harganya paling terjangkau. Sekring saya sambung pakai 'satu ler' isi kabel dengan disolder. Terus dicoba, kosong dulu tanpa beban, hasilnya normal, tegangan 5V dan 12V keluar. Kemudian beban dipasang dan player pun hidup normal, satu menit, tiga menit, seperempat jam, setengah jam, satu jam normal. DVD saya matikan dan dicek panasnya, sepertinya sudah wajar-wajar saja. Akhirnya perbaikan pun selesai.

Pelajaran yang bisa diambil adalah saat membeli modul power supply DVD ada baiknya juga jaga-jaga transistor penggantinya, misalnya pakai alternatif transistor MJE 13005 tersebut, sebab belum tentu transistor bawaannya bisa dipercaya.

Jumat, 10 Juni 2011

TV Hitachi CPT 1451-101 bocor flyback

Satu pengalaman menarik menangani sebuah TV 14 inchi, TV Hitachi CPT 1451-101 dengan kerusakan suara gemeretak sambil kebul-kebul berasap. Setelah dibongkar tutup belakangnya terlihatlah trafo flybacknya bocor, apinya keluar dari body FBT tersebut menghanguskan benda-benda di sekitarnya.

Langkah pertama mesin saya bersihkan, kemudian periksa komponen-komponen yang hangus, body flyback nampak berlubang dan beralur akibat lidah api yang menyembur, beberapa R dan Dioda di sekitarnya hangus. FBT saya lepas, nomor serinya 2435522, data pinnya dilihat dari bawah dari kiri ke kanan searah jarum jam: C, GND, +25V, +200V, +B, HEATER, ABL, +14V, NC, NC. Kemudian periksa lebih lanjut komponen di sekitar flyback tersebut, yang rusak saya ganti, ada beberapa R, Dioda, dan Elco yang hangus. Juga solderan-solderannya di'update'. IC yang terdapat pada TV tsb: IC Vertikal LA7837, IC chroma: HA7680, IC program: M37103M4-658SP, IC Regulator: STR6601.

Selanjutnya pelajari FBT tsb, kira-kira baiknya diapakan, yang empunya minta diganti saja. Karenanya coba 'hunting' ke toko, sebelumnya cari tahu dulu data persamaannya kalau-kalau yang persis tidak ada. Ternyata persamaannya adalah HR-7352. Tapi apes, sudah ke sana kemari belasan toko dimasuki, nihil, tak ada yang stok kedua nomor tersebut, huh, buang-buang bensin dan biaya parkir aja.

Jalan keluar lain ditempuh, mungkin perlu dibandrek, diganti dengan tipe lain, tapi bagaimana kalau coba ditambal dulu? Karenanya saya lalu ke toko besi membeli Plastic Steel (epoxy). Kemudian flyback dibersihkan sebersih-bersihnya, plastic steel dikeluarkan dari tubenya, terlebih dulu dicek pakai ohmmeter x10K untuk meyakinkan bahwa memang bahannya betul-betul isolator. Saya pernah punya pengalaman dapat plastic steel yang bahannya agak menghantar, jadinya kalau buat menambal flyback malah tambah rusak.

Plastic steel putih dan hitam dicampur, diaduk hingga merata kemudian dioleskan ke bagian FBT yang bocor tersebut, ratakan pakai tangan biar betul-betul kokoh tambalannya, tunggu sampai keras kira-kira lebih dari 5 menit. Setelah itu FBT coba dipasang dan TV dinyalakan, alhamdulillah flyback bisa bekerja kembali tanpa ada kebocoran.

Layar TV menyala tapi gambarnya rolling dan menyempit atas bawahnya, berarti bagian vertikalnya bermasalah. Saya cek pakai solder di solderan-solderan sekitar IC vertikal, ternyata keluar asap dengan bau khas, pasti ada elco yang bocor, jadi babat saja elco-elconya diganti elco baru. Setelah itu dicoba, gambar sudah normal, tapi eit......, ternyata IC vertikalnya baru sebentar sudah panas sekali, apalagi ya? Dengan ohmmeter saya cari-cari sebabnya, ternyata bagian kosong PCB sekitar ICnya jika ditest dengan ohmmeter x10K jarumnya bergerak sedikit, artinya cairan elco yang bocor tersebut telah mengotori daerah sekitarnya dan mengakibatkan short.
Dengan kuas yang dibasahi air saya bersihkan kotoran bekas elco tsb, kemudian dikeringkan pakai hair-dryer. setelah kering ditest lagi pakai ohmmeter, ternyata sudah tidak menggerakkan jarum, jadi TV sudah berani dicoba lagi. Satu menit, dua menit, lima menit, sepuluh menit, satu jam, normal aja tuh panasnya. Alhamdulillah perbaikan TVpun akhirnya selesai.

Kamis, 02 Juni 2011

TV Digitec boros speaker

Hari tadi saya sempat geram menghadapi TV Digitec Super Ninja 14' yang berada di meja kerja. Ceritanya TV yang bikin kesal tersebut datang dalam keadaan mati total, setelah dibersihkan dan disolder ulang TV bisa hidup, kelihatannya normal-normal saja, gambar normal suara normal, tetapi kemudian setelah beberapa menit suaranya hilang. Saya cek speakernya ternyata mati semua, kiri kanan semua putus. Mungkin memang sudah mau putus karena sudah tua, begitu pikir saya. Speaker saya ganti, langsung suara normal tetapi tak sampai satu menit, suara mati lagi. Lho ? Saya cek rangkaiannya, apanya yang bermasalah ya? Sepertinya tegangan IC audionya biasa-biasa saja. Saya solder ulang dan saya bersihkan lagi, saya cek lagi tegangan pin-pin ICnya, saya yakin normal dan sesuai dengan skema. Lalu saya coba dengan speaker lain. TV hidup normal, suara normal, tapi tak sampai satu menit, suara hilang lagi, saya cek speakernya, waduh, mati lagi speakernya, ampunnn.

Saya lepas elco 470u/25V di bagian output IC audionya, saya test pakai ohmmeter, jarum menyimpang ke kanan lalu balik lagi, biasanya begini kan normal to? Saya bandingkan dengan elco yang baru, apa bedanya? Sepertinya tak ada beda. Tapi tak ada salahnya kalau diganti baru, makanya elco 470u/25V yang baru itu yang saya pasang. Lalu saya coba lagi pakai speaker lain, saya tunggu sambil dag-dig-dug. Satu menit, dua menit, lima menit, setengah jam, satu jam, dua jam, baik-baik aja tuh. Lalu speaker saya ganti yang baru lagi. TV saya hidupkan seharian, normal-normal saja. Wah rupanya biang keroknya itu si elco 470u/25V di output audionya. Kok bisa ya?

Rabu, 01 Juni 2011

Mengganti trafo flyback TV Digitec Sumo

Sebuah TV Digitec Sumo 14' yang saya tangani hari kemarin mengalami kerusakan bagian trafo flybacknya, body trafo tersebut nampak pecah dengan bercak-bercak hangus. Jalan keluarnya ganti flyback. Serinya FCK 14A006. Data pinnya dari kiri ke kanan searah jarum jam dilihat dari bawah : ABL, NC, GND, 180V, 16V, HEATER, 24V, ABL, B+, C.

Tidak sulit mendapatkan gantinya di toko, mengganti flyback TV Digitec Sumo juga bukan hal istimewa, tetapi yang menarik untuk ditulis adalah liku-liku pengalamannya, "begini lho kalau yang buat ngganti tidak ori", kira-kira begitu uneg-unegnya. Umumnya yang tersedia di toko adalah trafo flyback yang tidak original, karenanya diperlukan keahlian tersendiri. Dari toko ke toko walau sama-sama stok ada, barangnya merknya sama, tapi harganya ternyata sangat bervariasi. Selisih harga tidak hanya dalam ribuan tapi juga dalam puluhan ribu, heran juga saya, di kota saya, antara toko yang pasang harga termurah dengan yang termahal ternyata bisa selisih Rp 17.500, bisa buat beli bakso berapa mangkok coba?.


Setelah membeli trafo flybacknya tidak lupa beli pula komponen pendukungnya. Sejauh pengalaman saya, mengganti trafo flyback dengan yang tidak original selalu membawa dampak kelainan, karenanya langsung saja antisipasi, beli juga R 10 ohm 2 watt, R 3,9 ohm 2 watt, C 334/250V dan C 824/250V. Untuk yang terakhir ini ( 824/250V ) di daerah saya agak susah, yang mendekati tapi mudah adalah C 105/400V.

Setelah FBT baru tsb dipasang sabar dulu jangan langsung dinyalakan, lepaskan dulu socket CRT, dan lepas pula solderan B+ IC vertikal dan dikasih beban R kira-kira 1K-15K, lalu teliti lagi apakah semua oke. Setelah yakin baru TV dinyalakan dengan kondisi socket CRT terlepas tersebut. Kemudian ukur tegangan yang keluar dari FBTnya, keluaran Heater berapa dan untuk vertikal berapa. Jika sesuai ketentuan berarti aman, tetapi biasanya yang saya alami adalah tidak normal. Untuk heater biasanya normal sekitar 6V AC, jika kebesaran R heaternya diganti yang lebih besar (pakai 3,3 ohm 2 watt tadi). Untuk vertikal kebanyakan tegangannya terlalu tinggi hingga sekitar 30V, karena itu ganti R antara FBT dengan diode rectifiernya, yang semula 0,56 ohm 1/2 watt diganti dengan 10 ohm 2 watt tadi, tetapi jika tegangan vertikalnya kurang tinggi maka pasang saja beberapa lilitan kabel di ferit FBT dan ujungnya solderkan ke tempat R tersebut.

Jika kedua hal ini sudah beres baru socket PCB CRT dipasang dan IC vertikal disolder lagi. Lalu dicoba, apa langsung bagus? Biasanya belum, seringkali gambar menjadi kebesaran, kiri kanan ada bagian yang 'mingslep'. Di situlah peran kapasitor 105/400V tadi, kapasitor yoke yang biasanya berukuran 560n/250V diganti dengan yang lebih besar agar gambarnya mengecil. Sebaliknya jika setelah ganti FBT malah layar jadi kurang penuh maka C 560n/250V tersebut diganti dengan yang lebih kecil, misalnya 334/250V.

Kurang lebih begitulah liku-liku masalah penggantian flyback TV.

Sabtu, 28 Mei 2011

Panasonic TC-2088MF kena petir

Beberapa hari yang lalu di kampung tetangga saya ada petir menyambar di perkampungan. Akibatnya banyak terjadi kerusakan, dari pohon yang mati tersambar, ikan di kolam juga ada yang mati, dan yang paling terasa adalah alat-alat elektronik rusak. Salah satunya adalah yang saya ceritakan ini, sebuah TV Panasonic 20 inch seri TC-2088 Quintrix-F series.

Jika diingat-ingat sepertinya sudah ada lebih dari 30 TV kena petir yang saya perbaiki selama beberapa tahun dari lebih dari lima kali kejadian sambaran petir. Berdasar pengalaman itu saya suka bertanya pada yang empunya tentang saat kejadian petir menyambar itu posisi TVnya sedang bagaimana, apakah sedang hidup (ditonton), sedang mati tetapi jack listrik tertancap di stopkontak, atau keadaan mati tak terhubung ke saluran listrik. Dari situ pula saya punya kesimpulan pribadi bahwa TV yang posisi mati tetapi colokan listriknya tersambung ke stopkontak adalah yang terparah kerusakannya (....kesimpulan bodoh mungkin he3, jangan dipercaya dan jangan diikuti.....), saya juga punya pendapat bahwa saat cuaca buruk jika ada orang mematikan TVnya dengan mematikan saklar powernya saja adalah suatu kesalahan fatal, berarti dia mempersilahkan petir menghabisi TVnya. Lain halnya jika mencabut kabel listriknya, lebih baik lagi beserta kabel antenanya, itu adalah tindakan paling baik yang dapat menyelamatkan TVnya. Dan pilihan ketiga adalah tetap tenang-tenang menontonnya, ini biasa dilakukan keluarga saya, sekali lagi, jangan ditiru ya, jangan pula dibenarkan.

Dulu, saat rumah tetangga saya disambar petir hingga atap kamar mandinya bolong, peralatan elektronik di 3 RT hampir semuanya rusak kecuali beberapa saja, salah satunya adalah TV saya, padahal saat itu sedang ditonton. Waktu itu sekering listrik di dinding hancur, tapi TVnya selamat. Fenomena itu menarik, beruntung selanjutnya ada beberapa kejadian sambaran petir di berbagai tempat, kesimpulan saya makin menguat, bahwa saat terjadi sambaran petir masih lebih aman tetap menontonnya daripada mematikan TVnya tetapi hanya mematikan saklarnya saja. Dalam kejadian-kejadian selanjutnya, saat ada sambaran petir seakan-akan di belakang TV saya yang sedang ditonton itu ada bunyi 'cetek !' bersamaan dengan kilat, biasanya diikuti listrik mati, kadang memang listrik PLN yang mati total, tapi kadang pula sekring listrik rumah saya yang putus. Setelah listrik hidup, TV dihidupkan lagi biasanya normal tak ada kerusakan apa-apa. Mudah-mudahan tidak dibilang nantang petir, tapi seandainya TVnya kena, kan yang disediakan di toko buat ngganti ada banyak sekali, tinggal punya duit nggak, he3, sekali lagi jangan ditiru.

Kembali ke cerita tentang Panasonic TC-2088MF tsb, katanya saat kejadian itu seisi rumah sedang pergi, tapi kondisi TV dimatikan, dengan kabel listriknya tetap terpasang di stop kontak. Nah, dengar ceritanya saya sempat grogi, jangan-jangan cuma buang-buang tenaga dan waktu saja. TV saya bongkar, saya lihat PCB bagian bawahnya, benar saja, jalur-jalurnya banyak terkelupas, terutama sekitar regulator. Data komponennya: IC chroma M52770ASP, IC program MN1873284TG, IC regulator STRF6654, IC Vertikal LA7840, penentu B+nya SE90, FBTnya TLF4N052. (Ternyata antara Panasonic TC-2088MF dengan TC-2088CDD mesinnya beda jauh ya). Untuk memulihkan regulator rasanya sudah terlalu memusingkan karena sudah amburadul, mending pakai modul Astello saja. Selanjutnya pencarian kerusakan berlanjut, ternyata dioda-dioda zenernya nyaris habis short semua, juga transistor-transistor kecil di sekitar optocoupler. Dengan ketelatenan akhirnya membuahkan hasil juga, untung ICnya yang rusak hanya bagian regulator (STRF6654), sedang IC bagian lainnya selamat. alhamdulillah, akhirnya TV bisa hidup kembali.

Kamis, 26 Mei 2011

TV China, warna merah hilang timbul

Dapat kerjaan menyervis sebuah TV China dengan gejala kerusakan warnanya berubah-ubah. Jika dicermati nampak jelas dari antara ketiga warna RGB kadang-kadang warna merahnya hilang, kemudian muncul lagi, hilang lagi, dst dengan pola waktu yang tidak teratur. Kadang lama normal, kemudian mendadak hilang sekejap, lalu normal lagi. Tapi kadang pula sebaliknya, hilang merahnya lama, kemudian mendadak normal, dan selanjutnya hilang lagi merahnya.

Apakah mungkin hanya solderan kendor? TV saya bongkar, saya hidupkan terus saya goyang-goyangkan mesinnya, saya ketuk-ketuk pakai gagang obeng trim pelan-pelan, siapa tahu masalahnya cuma karena ada yang kendor. Hasilnya, tak ada perubahan. Selanjutnya, seperti biasa mesin TV saya bersihkan, lalu teliti keadaan fisik komponen, kemudian lakukan penyolderan ulang mana-mana yang sudah nampak perlu disolder. Hasilnya, belum ada perubahan juga.
Kemudian dengan Voltmeter saya ukur tegangan Katoda (RGB) di PCB belakang layar sambil melihat bayangan TVnya di cermin. Di situ tegangan pada RK (katoda merah) terukur 165V saat warna merah hilang, dan 110V saat warna normal, jelas problem di daerah ini. Selanjutnya ukur tegangan RGB pada input blok PCB belakang layar tsb, ternyata ketiganya seimbang yaitu sekitar 3,5V, kesimpulannya: masalahnya tidak di IC chroma. Lanjutkan pengukuran dengan mengukur tegangan basis emitor pada TR Video Out penguat warna merah, probe hitam tester di E dan probe merah di B, saat warna normal tegangan BE normal sekitar 0,5V, tetapi saat merahnya hilang tegangannya naik menjadi sekitar 5V. Kesimpulannya, pasti TRnya rusak. Nomor serinya C2482. Penggantian TR ini langsung mengatasi masalah, warna gambar jadi normal lagi. Alhamdulillah.

Selasa, 24 Mei 2011

Polytron DIVA PS 52UV25B mati standby

Kemarin saya dipanggil ke kampung sebelah untuk menyervis TV, sebuah TV 21' layar datar merk Polytron DIVA series. Gejala rusaknya jika dihidupkan bisa hidup sebentar sekitar beberapa detik kemudian mati standby, jika ditekan tombol channelnya, TV hidup lagi, lalu mati lagi, tekan lagi hidup sebentar, mati lagi.

TV saya bongkar, saya amati dalamnya, kotor berdebu. Saya bersihkan pakai kuas sambil ditiup pakai hairdryer. Setelah bersih saya amati lagi. ICnya pakai HBT-01-01G, IC vertikalnya STV9325. Banyak solderan yang nampak sudah perlu solder ulang, karena itu kemudian saya lakukan penyolderan ulang. Setelah saya rasa cukup lalu saya bersihkan sela-sela solderan yang rapat pakai ujung cutter. Setelah mantap TV saya coba, eh lha kok kebul-kebul berasap, asalnya dari IC vertikal. Karena itu IC vertikalnya, STV9325, saya ganti, kemudian teliti lagi barangkali ada yang salah. Setelah mantap saya coba lagi. TV masih tetap seperti semula, hidup sebentar lalu mati lagi. Apanya ya? Karena mrotek atau karena Power supply yang kurang sempurna? Jika karena mrotek mungkin bisa diatasi dengan mengganti C402 1u/50V di rangkaian vertikal, tetapi jika masalah power supply mungkin di bagian tegangan 50V-nya yang problem.

Untuk menjawab masalah itu saya pakai cara ganti saja kedua elconya sekaligus, yaitu C402 1u/50V di rangkaian vertikal, dan C505 47u/63V di bagian B+ 50V saya ganti dengan yang lebih besar sesuai dengan stok yang saya bawa yaitu 100u/160V. Hasilnya TV langsung bagus. Alhamdulillah.

Selasa, 17 Mei 2011

Ngobrol Memulai Berinternet

Kemarin saya ngobrol dengan beberapa teman, lama-lama obrolannya jadi asyik yaitu menjurus ke sebuah topik: cara terhubung ke internet dengan mudah, murah, ringan dan unlimited. Karenanya jadi sayang kalau tak ditulis di DINDING blog ini.

Rata-rata para pengguna komputer yang masih muda punya keinginan agar komputernya bisa terhubung ke internet, sedang orang-orang tua rata-rata malah khawatir dengan kehadiran internet. Internet dipandang sebagai sumber pornografi yang membahayakan masyarakat. Ada juga yang khawatir kalau ada internet nantinya anaknya hilang digondol facebook, banyak juga ternyata yang beranggapan bahwa internet sama dengan facebook. Saya sendiri berpendapat kalau facebook hanyalah bagian sangat kecil di internet, internet tidak identik dengan facebook. Menurut saya, rugi kalau sampai tidak memanfaatkan internet. Dicemaskan atau tidak internet sudah hadir di sekitar kita. Internet bagi saya merupakan perpustakaan raksasa yang berada di hampir segala penjuru. Hampir ke manapun saya berjalan, duduk, ataupun berbaring, selalu berada di 'ruang perpustakaan' tersebut, karena berupa sinyal-sinyal gelombang radio yang dipancarkan dari berbagai tempat. Bahkan saat kita pusing memikirkan masalah dan butuh tuntunan informasi, mungkin sekali informasi yang kita butuhkan itu sebenarnya sudah ada di pelupuk mata, cuma saja wujudnya gelombang radio. Tapi bagaimana agar bisa melihatnya, membacanya dan memanfaatkannya? Tentu harus pakai alat. Yang sudah punya ponsel canggih tentu tinggal memanfaatkannya. Yang punya komputer mungkin masih perlu tambahan sedikit. Nah, inilah yang jadi inti obrolan.

Di sekitar kita mungkin sudah tersedia berbagai pilihan, tinggal pilih yang mana. Yang paling populer mungkin adalah terhubung lewat dial-up. Tapi bagaimana caranya? Obrolan kemarin menyimpulkan begini, untuk bisa mengakses internet dengan seterjangkau mungkin dengan dana awal di bawah Rp 200 ribu caranya sbb:

Pertama cari tahu dulu apakah di tempat kita terjangkau sinyal CDMA Telkomflexi. Kalau jelas ada sinyal baru beli alatnya, yaitu modem CDMA. Di toko kemarin saya lihat sudah ada modem CDMA USB seharga Rp 175 ribu, yaitu Venus VT-28. Kemudian beli kartu perdana Flexi seharga Rp 1.999. Lalu install software bawaan modem tsb dan gunakan untuk mengaktifkan kartu. Setelah kartu aktif beli pulsa Rp 5ribu saja karena baru taraf coba-coba (biasanya harga di penjual 6 ribu). Selanjutnya beli paket harian FlexiNet Unlimited dengan cara kirim SMS ke 2255 dengan mengetik REG HARIAN. Langkah selanjutnya adalah setting koneksi mengikuti SMS jawaban dari 2255 tsb, biasanya cuma bikin koneksi baru, dikasih nama terserah masing-masing, username dan password diisi sesuai SMS tadi. Kalau settingan sudah OK tinggal klik mau lewat jaringan 1X atau EVDO tergantung ketersediaan sinyal. Dan sudah, tinggal berinternet ria.
Berapa biaya yang dikeluarkan? Harga modem + harga kartu perdana + beli pulsa = 175.000 + 2000 + 6000 = Rp 183.000. Dengan biaya awal Rp 183.000 sudah bisa internetan unlimited. Selanjutnya tinggal sesuaikan dengan kebutuhan dan kantong masing-masing. Kalau kecewa dengan kartunya tinggal ganti kartu yang lain.
Kalau sudah terhubung dengan internet lantas mau apa? Terserah masing-masing tentunya. Mau belajar dan belajar, atau malah mau jadi pelanggar hukum dengan pornografi atau malah jadi anak hilang digondol facebook ya terserah saja.

Jumat, 06 Mei 2011

Monitor Blank

Malam Jum'at kemarin saya menghadiri pengajian di masjid setempat, di sana muballigh penceramahnya yang juga seorang kepala sekolah menemui saya meminta untuk membetulkan komputer sekolahnya yang bermasalah dan saya sanggupi.
Esok harinya saya datang ke kantor sekolah itu, sebuah Madrasah Ibtidaiyah. Komputernya sudah dipersiapkan di sebuah meja, sudah dinyalakan tetapi layarnya blank, seorang guru menerangkan kalau RAMnya sudah dibersihkan tetapi tidak berhasil. OK, apanya yang rusak ya, CPUnya atau monitornya? (Kalau tak salah merk monitornya CineX). Untuk menjawabnya saya matikan dulu komputer tsb. kemudian saya keluarkan netbook dan saya nyalakan, kemudian kabel VGA monitor tsb saya hubungkan ke port VGA netbook, saya cek melalui Device Manager, ternyata terdeteksi, lalu saya ONkan dengan menekan tombol Fn+F7, yaitu memilih monitor LCD saja, atau CRT saja, atau kedua-duanya, di sini saya aktifkan kedua-duanya. Hasilnya, monitor tetap blank tetapi lampu indikatornya hijau. Kesimpulannya, jelas monitornya yang problem.
Monitor saya bongkar, kemudian dihidupkan lagi seperti tadi, terus dilakukan pengecekan tegangan dengan Voltmeter. Hasilnya, saya dapati tegangan 5V kedapatan drop, karena itu lanjutkan langkah matikan monitor dan cek dengan Ohmmeter, hasilnya kedapatan diode zener 5V-nya short.
Penggantian diode zener di jalur 5V tersebut dengan zener 5,1V ternyata langsung mengatasi masalah, monitor langsung menampilkan tampilan desktop.
Pelajaran yang sangat penting, kalau jadi tukang servis jangan lupa zener 5,1V selalu stock, juga buat toko elektronik, kalau hare gene gak jual zener 5V............ toko elektronik payah...

Minggu, 24 April 2011

Cuma Seloroh

Bisa sedikit-sedikit mbetulin barang elektronik ternyata membawa kebanggaan tersendiri karena jadi ada yang sudi menyebut Teknisi, ge-er jadinya. Sebutan Teknisi adalah sebutan yang indah dan keren, jelas jauh lebih keren dari yang dapat predikat MA, Maling Ayam, atau yang MJ, Maling Jemuran. Bahkan ternyata masih lebih keren dari tetangga kampung sebelah yang sukses menjadi TR, Tukang Rongsok.
Karena TVnya diservis di rumah pemiliknya maka tak diperlukan bengkel, jadilah TTB, Teknisi Tanpa Bengkel. Karena saat datang ke rumah tetangga yang TVnya rusak cuma pakai sandal jepit maka dapat predikat TSJ, Teknisi Sandal Jepit, bahkan karena makainya asal-asalan maka dapat predikat TSS, Teknisi Sandal Selen. Saat mbetulin saluran air saja pun bisa dipanggil tetangga untuk mbetulin TV, berhubung dalam keadaan celananya basah maka dikasih predikat TKK, Teknisi Keproh-Keproh.
Teknisi ndeso jelas tak bisa dibandingkan dengan teknisi Service Center di kota, di pedesaan cukup menjadi TTS, Teknisi Tanpa Sepatu, wong kalau masuk rumah konsumen umumnya malah harus lepas alas kaki maka juga disebut TNKR, Teknisi Nyokor.............., jauh dari kesan teknisi kota yang berpakaian setil, makanya selalu dalam keadaan TTBD, Teknisi Tak BerDasi.
Untuk mencapai tempat yang punya TV di kampung lain tentu butuh kendaraan, sepeda motor menjadi kendaraan paling ideal sebagai sarana transportasi. Berhubung keadaan jalan di kampung ada tempat-tempat yang memang sulit, maka sepeda motor yang bagus menjadi sayang kalau harus dipakai lewat situ, kalau sampai 'keblekok', tergelincir, terjatuh, tergores atau bahkan mleot kan sayang, apalagi kalau kampung itu daerah yang rawan pencurian, makanya lebih nyaman pakai motor yang sudah tua sudah butut. Oleh karenanya jadi dapat predikat baru lagi, TMB, Teknisi Motor Butut. Berhubung motor butut punya saya adalah sebuah Suzuki Tornado berwarna biru maka jadilah dapat predikat TTB, Teknisi Tornado Biru.
Semua layak disyukuri, dan yang terpenting jangan sampai dapat predikat TTMB, Teknisi Tinggal Mungkur Bodhol, dan betul-betul jaga diri jangan sampai menjadi TT-Eng.......Ing...........Eeng, Teknisi Tukang Ngapusi.

Senin, 11 April 2011

Menghafal kaki-kaki CRT

Saat menyervis TV kadang-kadang terasa perlu sekali hafal kaki-kaki (pin) CRT, mana yang katoda, mana heater, mana G1, G2, Ground, dsb.
Saat PCBnya ada tentu bukan hal yang sulit karena tulisannya biasa ada tertera di sana, tapi bagaimana jika tidak ada? Di sinilah perlunya hafal.

Untuk menghafal masing-masing orang tentu punya cara sendiri, nah cara yang biasa saya pakai begini (searah jarum jam):
  • CRT 7 pin : BHH-ERSG
  • CRT 9 pin : NEG-SRHH-BN
  • CRT 11 pin : BEE-HHRE-SEGE
Keterangan :
  • B = Blue, Katoda Biru
  • H = Heater
  • E = Earth, Ground, dapat pula salah satunya merupakan G1
  • R = Red, Katoda Merah
  • S = Screen, G2
  • G = Green, Katoda Hijau
  • N = Not connected, kosong, tak digunakan
  • Kaki fokus tak perlu dihafal karena letaknya sudah jelas
  • CRT Sony tidak termasuk di sini
Hal-hal yang mudah diingat :
  • Pin Heater selalu berdampingan.
  • Antara G1 dengan Katoda (RGB) bisa diibaratkan Dioda, jika CRT dipanasi dengan menyalakan Heater kita dapat mengetestnya dengan ohmmeter x1K, probe merah di katoda, probe hitam di G1 (sebagai Anoda), jika jarum menyimpang menunjukkan 10K ohm atau kurang berarti baik, jika lebih dari 10K berarti CRT jelek.
  • Saat kita bingung yang mana G1nya dapat dengan mudah kita tentukan dengan cara test di atas, yaitu dengan probe merah di katoda (RGB), lalu kita cari G1nya dengan menempelkan probe hitam ke pin yang lain, mana yang kedapatan menggerakkan jarum ohmmeter itulah G1.

Sabtu, 09 April 2011

Ponsel Motorola C651 buat modem GPRS


Ponsel Motorola C651 adalah saudaranya C650, pada tahun 2004-2005 lalu cukup trendy sesuai zamannya, tetapi sekarang di tahun 2011 sudah jadi malu-maluin penggunanya. Sebutan 'alat mbalang kirik' (=alat lempar anjing) sudah disematkan banyak orang. Tetapi di balik kekurangannya itu ternyata punya kelebihan yang jarang tandingannya, yaitu untuk modem GPRS.
Kalau kita masih punya ponsel seri tsb sayang sekali kalau tak memanfaatkan fitur ini. Daripada dibuang atau untuk melempar kirik lebih baik dihubungkan dengan komputer bisa menjadi jendela dunia. Kabel penghubung ke komputer memakai kabel mini USB yang bentuknya sama dengan kabel data pada CardReader ataupun MP3Player, karena itu tak perlu susah mendapatkannya, soal kabel bisa sharing.
Untuk menggunakannya sebagai modem di Windows kita perlu menginstall drivernya, bisa hanya file drivernya saja atau lengkap dengan aplikasi Motorola Phone Tools. Sedang di sistem linux sudah tersedia drivernya di kernel 3.6 , jadi tinggal disetting dan dipakai ( biasanya terdeteksi di /dev/ttyACM0 ).
Karena bekerjanya di jalur GPRS yang notabene tarif koneksinya lebih mahal (dan juga lebih lambat) maka menurut saya akan lebih cocok kalau internetannya pakai browser yang hemat, yaitu Opera Mini yang diinstall di sistem linux. Alasannya, dengan kecepatan GPRS yang rendah itu Opera Mini sudah bisa wuss..wuss..., juga umumnya virus tak doyan sistem linux, karenanya koneksi tak diganggu virus-virus liar yang 'mencuri' pulsa. Dari pengalaman saya kalau pakai Windows suka ada kejadian kirim terima data secara liar tanpa sekehendak pengguna, tahu-tahu baru dapat sedikit quota sudah habis, ternyata Windowsnya 'kampiran makhluk halus' berupa virus komputer yang nimbrung berinternet ria, kalau AntiVirusnya diaktifkan malah quotanya dihabiskan si AntiVirus buat update. Sedang kalau pakai linux biasanya utuh, beli quota 1MB ya jumlah download dan uploadnya bisa pas segitu tanpa kebobolan. Kelebihannya lagi, pakai kabel data yang panjang pun masih bisa bekerja dengan baik, saya mencobanya dengan menggantungkannya di jendela agar sinyalnya full dan menyambung kabel datanya hingga 7m ke tempat komputer, hasilnya masih bekerja dengan baik.

Selasa, 05 April 2011

Modem CDMA USB rusak

Sudah lebih dari seminggu modem yang saya gunakan mengalami kerusakan, sebuah modem USB CDMA merk Venus VT-18. Gejalanya saat buat online mendadak down, koneksi putus, lalu didial lagi, connect lagi, terus putus lagi, lama-lama putusnya tidak hanya nggak connect internet tapi juga hilang dari sistem. Terus dicabut, dipasang lagi didial lagi, connect beberapa menit, hilang lagi. Kesimpulannya modemnya rusak.

Tanpa dasar pengetahuan sama sekali modem saya bongkar, saya lihat dalamnya, saya gunakan untuk internetan dalam keadaan terbuka, kadang saya goyang-goyang untuk cari tahu barangkali saja ada yang kendur. Tegangan yang dipakai berasal dari USB komputer sebesar 5V, melewati sebuah IC regulator menghasilkan tegangan 3,8V, dengan Voltmeter saya amati tegangan yang 3,8V ini, saat down ternyata tegangannya drop.
Sekedar iseng bagian B+ yang 3,8V tersebut saya tempeli elco 100u/6,3V , eh lha kok langsung cespleng, tegangan jadi stabil, koneksi jadi lancar kembali. Masalah selanjutnya adalah elco tersebut membuat modem tak bisa ditutup, maklum semua komponennya SMD. Akhirnya posisi elco saya 'tidurkan' dan saya pipihkan pakai tang, ternyata hasilnya OK, tutup bisa dipasang lagi. Ngawur tetapi jadi.

Power supply printer mati

Beberapa hari yang lalu saya mendapati sebuah kasus printer HP deskjet D1366 yang mati total. PSU (=power supply unit) printer tsb berupa sebuah kotak terpisah dari printernya. Berdasarkan tulisannya seharusnya outputnya +32V dan +15V. Saat diukur ternyata tak ada tegangan sama sekali, jadi jelas yang rusak PSUnya.
PSU saya bongkar dan saya teliti, tak terlihat adanya kejanggalan, tetapi setelah saya cium-cium baunya ada sedikit bau elco bocor. Karena itu saya babat saja elco yang kecil-kecil saya ganti baru. Hasilnya tegangan langsung keluar normal dan printer pun bisa bekerja kembali.

Senin, 28 Maret 2011

Jumper Clear CMOS motherboard komputer

Jumper CMOS biasanya terletak di dekat Baterai CMOS. Biasanya terdapat 3 pin pada jumper ini. Fungsinya adalah untuk menyimpan dan me-reset CMOS ke posisi default (setting awal / setting pabrik).

Biasanya pin 1 dan 2 bila dihubungkan dengan sebuah Jumper maka CMOS pada posisi normal akan menyimpan setiap settingan yang kita ubah pada CMOS/BIOS.
Bila Jumper kita ubah pada posisi 2 dan 3, maka komputer akan kembali pada posisi default.

Untuk apa posisi default? Bila kita melakukan setting yang salah terhadap CMOS/BIOS dapat mengakibatkan komputer tidak bisa hidup, dengan melakukan Clear CMOS komputer akan kembali ke posisi awal sebelum dilakukan perubahan pada CMOS/BIOS.

Jumper Clear CMOS bisa digunakan bila komputer tidak bisa hidup akibat dilakukan perubahan pada hardware, misalnya processor, jika CMOS/BIOS telah menyimpan setting pada komputer yang lama dan tidak mampu membaca processor yang baru maka Jumper ini bisa digunakan.

Jumper ini juga dapat digunakan bila kita lupa pada password yang dibuat di BIOS. Dengan melakukan Clear CMOS, maka passwordnya akan hilang dengan sendirinya.

Selasa, 22 Maret 2011

Masalah tabung gas

Sebagai seorang penggemar teknik saya sering dianggap bisa menangani alat-alat teknik yang bermasalah walau sebenarnya jujur saja saya tak lebih tahu dari yang empunya. Salah satu alat teknik yang sering dimintakan bantuannya adalah kompor gas.

Sekarang semua keluarga punya kompor gas berikut tabung elpiji 3 KG. Masalah yang paling sering timbul adalah gas bocor. Saat saya datang ke dapurnya biasanya tabung elpiji sudah dicek yang empunya dengan mencelupkannya ke air, keluar gelembung atau tidak, sesuai dengan petunjuk di TV. Tetapi biasanya hal itu tidak mengatasi masalah. Setelah regulatornya dipasang baru kedapatan gas bocor ditandai dengan baunya.

Dari pengamatan saya semua kasus kebocoran tabung gas elpiji yang saya tangani adalah akibat keteledoran yang mengisi ulang, yaitu tidak mengganti karet kecil yang ada di mulut tabung. Saya pikir seharusnya karet kecil pada tabung elpiji hanya layak sekali pakai saja, saat diisi ulang seharusnya diganti baru. Konsumen membeli gas dengan menukarkan tabung kosong dengan yang isi, tabung yang isi ini dalam keadaan tertutup segel plastik, setelah di rumah segel tersebut dibuka, ternyata kelep karet kecil di mulut tabung kondisinya sudah "lower" tak bisa rapat lagi, akibatnya saat regulator dipasang gas bocor. Pengguna yang berhati-hati tentu tak akan segera menyalakan kompor, tetapi kalau kebetulan konsumennya nggak hati-hati, langsung nyalakan kompor, bisa bahaya.

Alangkah baiknya jika karet ini menjadi hak konsumen yang membeli gas, gas baru karetnya juga baru. Kelalaian ini bisa mencelakakan konsumen karena karet yang sudah dipakai sekali umumnya tak bisa rapat lagi untuk kedua kalinya. Pemerintah seharusnya tahu hal ini dan menjadikannya aturan tersendiri, berapa sih harga karet perapat tabung gas jika dibandingkan kerugian akibat kecelakaan konsumen yang mungkin terjadi ?

Alangkah baiknya pula jika para konsumen gas elpiji memikirkan keselamatan bersama, caranya saat mau membeli gas (menukar tabung gas yang kosong dengan yang isi) terlebih dahulu BUANGlah karet kecil yang ada di tabung kosongnya. Cara ini akan memaksa petugas pengisi ulang mengganti baru karetnya. Kalau tidak begitu mereka akan tetap saja seenaknya mengisi ulang elpiji tanpa mengganti karetnya.

Kop flyback dan socket CRT menjadi bom waktu

Kop flyback dan socket CRT yang ada sekarang di pasaran ternyata bisa menjadi 'bom waktu', bisa menjadi penyebab kerusakan besar di kemudian hari. Saya sudah menjumpai beberapa kali kasus TV rusak berat yang disebabkan oleh kop flyback dan socket CRT.

Kop flyback yang banyak dijual di pasaran kebanyakan berkualitas rendah, karet kopnya kurang bagus dan kurang awet, terutama yang berwarna hitam, juga logamnya yang berupa kawat atau plat besi sangat mudah berkarat. Jika daya kop karet sudah kendur tegangan tingginya akan bocor ditandai dengan suara ngeses. Jika logamnya sudah berkarat gejalanya juga sama, ngeses, lama-lama membesar dan akhirnya letupan di sekitar kop terjadi. Keadaan ngeses jika dibiarkan membuat CRT di bawah kop terluka, lebih-lebih jika terjadi letupan yang hebat, lukanya bisa meretakkan tabung gambar, inilah 'bom waktu' yang diakibatkan rendahnya kualitas kop flyback. Tabung gambar (CRT) pun almarhum karenanya.

Socket CRT juga tak kalah serem. Logamnya yang mudah berkarat membuat gambar TV kabur. Jika dibiarkan karat menjalar ke kawat pin elektroda CRT. Saya sudah menjumpai beberapa pin fokus CRT keropos berkarat, beruntung jika belum putus. Tetapi ada juga TV 21" dan 29" yang gambarnya kabur, saat socket CRTnya dilepas pin elektrodanya sudah ngikut socket. Ya sudah, service yang terlambat, CRT tak tertolong lagi, innalillahi wainnailaihi roji'un.

Terakhir melihat hal serem adalah kemarin, sebuah TV yang mati karena sekringnya putus, merk luar Digitec, tapi mesinnya sudah diganti mesin TV China. Yang bikin saya ngeri adalah socket CRTnya, nampak meleleh bagaikan lem menyatu dengan ujung leher CRT. Memang gambar normal, tetapi jika ingin melepas socket CRTnya mau bagaimana coba? Kalau pakai cara biasa mungkin bisa bikin CRTnya nggembos! Tidak hanya logamnya yang mudah karatan, tapi plastiknya juga mudah meleleh terkena panas heater! Mudah-mudahan kelak kalau TVnya perlu ganti socket CRT bukan saya yang disuruh, hii.......... syeremmm....!

Saran buat para pemilik TV, terutama TV China, atau TV yang sudah pernah diganti kop flyback atau socket CRTnya. Jika TVnya sudah mulai ada gejala 'ngeses' atau gambar kabur segeralah diservice karena Anda sedang berlomba waktu dengan karat.

Senin, 21 Maret 2011

Mbandrek flyback TV Panasonic TC-2088CDD

TV Panasonic TC-2088CDD CannonDome 21" yang saya tangani hari ini bikin pusing, masalahnya trafo flybacknya tewas dalam keadaan retak-retak dan celakanya sudah ke sana kemari cari flyback penggantinya tidak ada yang stock. Serinya: HFT2904, nyari persamaannya juga tak ada yang tahu. Akhirnya pakai jurus pamungkas : mbandrek, mengganti dengan tipe lain.

Untuk membandrek flyback langkah pertama adalah membaca PCBnya, cari tahu tata letak kaki-kaki flyback, dibaca dari bawah dari kiri ke kanan searah jarum jam : 1.Col H-OUT 2.B+ 3.24V (catu vertikal) 4.14V 5.GND 6.Heater 7.GND 8.ABL 9.NC 10.180V

Untuk membandrek pilihan saya jatuh pada flyback Goldstar 154-064P, alasannya selain paling familiar bagi saya juga pola lingkaran kaki-kakinya sama, bisa langsung masuk ke lubangnya tanpa masalah. Keuntungan yang lain adalah jalur PCB yang menghubungkan kaki-kaki flyback TV tsb kebanyakan dijumper pakai kawat, jadi tinggal lepas saja jumper-jumper tsb diganti kabel untuk disesuaikan dengan kaki-kaki 154-064P.

Tata letak kaki-kaki flyback 154-064P : 1.Col H-OUT 2.180V 3.B+ 4.GND 5.16V 6.24V 7.40V 8.ABL 9.Heater 10.AFC.

Kendala yang terjadi adalah B+ TV tsb 140V, terlalu tinggi untuk flyback 154-064P. Sempat saya eksperimen ternyata menghasilkan keluaran 24V menjadi 30V dan tegangan HV bikin suara ledakan kecil di sekitar kop anoda. Untuk mengatasinya saya turunkan B+ dengan mengganti IC SE-140 dengan SE-120 di regulator. Hasilnya, langsung muluussssh....

Mbandrek adalah tindakan ilegal yang pasti tak direstui sang perancang, karenanya bisa disamakan dengan tindakan sesat. Saya banyak mendapati teknisi yang menyesalkan ulah teknisi yang membandrek tanpa mau tahu alasannya, bahkan menjelek-jelekkannya di hadapan konsumen. Untuk mengantisipasinya saya buat jejak backup dengan menempelkan tulisan di bawah flyback yang baru, secuil solasi kertas bertuliskan HFT2904. Kelak kalau ada teknisi yang ingin khitthah kembali ke jalan yang benar saya sudah menyebutkan arah jalan yang benar tsb. Saya memang sesat, tapi kan tidak menyesatkan.

Minggu, 20 Maret 2011

TV Sony KV1984MT mati

Seorang customer meminta saya menangani TVnya yang mati, sebuah TV Sony KV1984MT, setelah saya buka covernya lihat mesinnya secara kasat mata nampak utuh, IC chroma bernomor seri CXA1213S, IC program PCA84C640P, IC eeprom 24C02.

  • Cek B+ normal 115V,
  • Cek puls horisontal di trafo driver horisontal: ukur tegangan DC di kaki-kaki trafo bagian primer nampak drop, tegangan AC antar pin tak ada.
  • Cek tegangan catu Vcc horisontal oscilator di IC CXA1213S: normal 8V.
  • Coba lepas solderan TR yang terhubung dengan basis Tr Hor-driver, TR ini bekerja untuk switch on-off, letaknya di dalam kotak kaleng IC program, basisnya terhubung dengan IC program. Hasilnya: TV hidup tetapi layar polos.
  • Cek tegangan 5V yang keluar dari IC 78LR05, seharusnya ada 2 tegangan 5V yang keluar dari IC ini, tetapi ternyata hanya ada satu yang mengeluarkan 5V.
  • Penggantian IC 78LR05 ternyata mengatasi masalah, TV langsung hidup normal, alhamdulillah.

Jumat, 11 Maret 2011

Mengganti flyback TV LG Flatron

Mengganti trafo flyback bisa jadi gampang-gampang susah, lebih-lebih yang buat mengganti tidak original, padahal kebanyakan yang dijual di toko bukan barang original. Untuk mendapatkan yang ori seringkali mesti ke distributor resmi, harganya pun bisa lebih dari dua kali lipat harga yang di toko, itupun seringkali mesti pesan dulu. Tetapi mengganti dengan yang ori biasanya mudah, tinggal pasang langsung jadi, lain halnya kalau mengganti dengan yang tidak ori, seringkali ada efek samping.

Pengalaman saya mengganti flyback TV LG Flatron 21" terasa mengasyikkan, data TV tersebut begini: flyback: BSC25-N1651, IC chroma+micom: EAN57153401 LV76213 3C, IC Vertikal: STV9326, Kapasitor resonan: 123/2000V, Kapasitor yoke: 364/400V, Tr H-out: C6092.

Flyback yang saya dapatkan di toko barangnya lebih besar dari aslinya, setelah dipasang gambar muncul kebesaran sampai logo stasiun TV terpotong separo, bagian atas ada garis melintang membuat gambar terlipat. Saya jadi penasaran, disebabkan oleh flybacknya atau oleh kerusakan komponen lain ? Untuk menjawabnya saya beruntung ada TV LG lain yang sama, karenanya saya pinjam sebentar flybacknya. Dengan flyback pinjaman tersebut ternyata TV langsung normal tak ada masalah sama sekali. Ganti lagi dengan flyback baru tadi, hasilnya gambar terlalu lebar, vertikalnya melipat di bagian atas. Kesimpulannya, karakteristik flyback tidak sama.

Data pin flyback yang tertulis pada PCBnya dari kiri ke kanan searah jarum jam dilihat dari bawah: 1.COL. 2.180V 3.B+ 4.GND 5.INNER 6.26V 7.NC 8.ABL 9.Heater 10.AFC.

Pin no 6 mencatu IC vertikal, saat saya ukur ternyata hanya keluar 20V, padahal di PCB tertulis 26V, rupanya inilah penyebab gambar melipat, tegangan catu vertikal kurang. Untuk mengatasinya saya lilitkan kabel ke ferit flyback sebanyak 2 lilitan kemudian diseri dengan keluaran pin 6 sebelum masuk Dioda penyearah, hasilnya gambar membaik, lipatan di bagian atas hilang, tegangan terukur 24V.

Untuk memperbaiki gambar yang melebar saya masuk menu servis kode dengan menekan tombol MENU di remote dan di panel TV bersamaan, pindah halaman dengan menekan MENU, kemudian atur H-WIDTH, untuk simpan dan keluar tekan tombol POWER di remote.

Senin, 07 Maret 2011

Membersihkan debu di dalam TV

Saat menyervis TV biasanya kita dapati di dalam TV tersebut keadaannya kotor berdebu, bahkan tak jarang penuh sarang laba-laba, lebih parah lagi kadang-kadang ada kotoran tikus atau bahkan sarang tikus di dalamnya. Untuk membersihkannya:

  1. Jika tak ada unsur kotoran tikus, artinya hanya debu dan sarang laba-laba, kita dapat menggunakan kuas kecil dan hairdryer. Caranya tiup debu tersebut dengan udara panas hairdryer sambil disapu pakai kuas, ukuran kuas yang ideal bagi saya adalah 1 inchi. Ada baiknya kita pakai masker untuk menjaga kesehatan pernafasan kita dari debu yang beterbangan.
  2. Jika ada kotoran tikus, lebih-lebih sudah bau pesing, kita dapat mencucinya pakai air dan disikat pakai kuas. Deterjen mungkin diperlukan, tetapi saya punya pengalaman yang bisa jadi pelajaran, setelah beberapa tahun sejak dicuci pakai deterjen mesin TV bisa jadi keropos, mungkin dulu saya kurang bersih membilasnya.
  3. Bagian-bagian tertentu mungkin lebih baik dibersihkan dengan bensin, misalnya kabel tegangan tinggi, caranya pakai kain serbet dibasahi bensin lalu gunakan untuk mengelap.

Internetan pakai Flexi Unlimited

Rata-rata para pengguna komputer punya keinginan agar komputernya terhubung ke internet. Ada banyak cara untuk mewujudkannya, tapi fasilitas yang tersedia antara daerah yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Yang tinggal di kota bisa memilih sesukanya, bahkan bisa menikmati gratisan berkecepatan tinggi. Yang di pelosok mungkin ada yang sudah beruntung dapat internet broadband, tapi sepertinya, kebanyakan mengalami hal yang sama dengan saya, bisa menikmati GPRS yang ndap-ndip saja sudah lumayan.
Di daerahku, Kecamatan Kajoran, salah satu koneksi internet yang bisa dinikmati adalah Flexi Unlimited, di rumahku sinyalnya full walau jarak dengan tower BTSnya lebih dari 1km. Untuk menikmati koneksi Flexi Unlimited di komputer diperlukan:
  • kartu Flexi, saya pakai Trendy (prabayar).
  • Modem CDMA, saya pakai Venus VT-18, alternatif lain pakai ponsel CDMA yang bisa buat modem.
  • Driver modem yang diinstall di komputer, pada Venus VT-18 CD driver bawaannya berisi driver untuk Windows, sedang untuk linux tinggal mengaktifkan driver yang sudah tersedia pada kernelnya. Untuk modem ponsel mungkin perlu kabel data atau bluetooth beserta drivernya.
  • Pulsa yang cukup, untuk sehari semalam (24 jam) tarifnya Rp 2.500, lebih jelasnya klik di sini.
  • Setting koneksi : Daftar paket dengan mengirim SMS ke 2255, misalnya REG HARIAN, nantinya akan dapat SMS balasan yang berisi username dan password. Gunakan username dan password tersebut untuk mengisi settingan dial up.
Kecepatan yang didapat boleh jadi bervariasi antara pemakai satu dengan pemakai lainnya, juga tergantung pada hardware yang digunakan, misalnya saja saya menggunakan modem Venus VT-18 tersebut di PC dan di netbook ternyata kecepatan download sangat berbeda (lebih cepat di PC). Kadang kecepatannya terasa mengesankan, tapi tak jarang pula bikin bete, seringkali jika sudah mencapai jumlah transfer data sekitar 30MB koneksinya down. Cara mudah mengatasinya adalah disconnect dulu, modem dicabut, colokkan lagi, dan connect lagi, kalau perlu komputer direstart lagi. Begitulah yang penting pandai-pandai menggunakan.

Sabtu, 05 Maret 2011

TV Goldstar tak ada suara

Kemarin saya dipanggil orang di kampung sebelah untuk menyervis sebuah TV Goldstar di rumahnya. Keluhannya tak ada suara walau volume sudah full, sedang gambar normal. Pikir saya loudspeakernya atau rangkaian audionya ada yang tak beres.

Sampai di TKP saya mulai 'bekerja', saya teliti keadaan lingkungan tempat TV itu berada, feeling saya 'ada syai-un (sesuatu)' nih yg kurang sreg. Saya siapkan alat-alat, obeng untuk membuka dan solder mulai saya panaskan. TV Saya bongkar, saya teliti pakai mata, bagian PCB sebelah depan (sekitar tombol-tombol) ada sedikit hijau-hijau kebiruan, terasa agak lengket di tangan, saya cek pakai hidung dengan mengendus baunya, ufff, pesing !!!

Saya kemudian minta kepada pemiliknya agar diambilkan segelas air putih, mereka nampak keheranan tapi nurut saja, ganti saya yang keheranan karena kok malah diambilkan segelas air putih tapi air minum, tapi nggak papa lah. Saya ambil kuas, saya celupkan ke air di gelas tsb dan saya gunakan untuk membersihkan bagian-bagian yang pesing-pesing tadi. Selanjutnya saya keringkan pakai hairdryer.

Setelah kering TV saya hidupkan, auwww, suaranya keluar keras sekali, maklum volumenya sudah dimaksimumkan, buru-buru saya kecilkan volume. Langkah selanjutnya sempurnakan pekerjaan dengan penyolderan kembali patri-patri yang mungkin sudah mulai perlu disolder kembali.

Setelah semuanya oke, TV saya tutup, lalu ditonton bareng-bareng sambil ngobrol makan minum dan akhirnya bayaran, waktu pamitan sang tuan rumah senyum lebar banget sambil bilang "matur nuwun mbah dukun". Ternyata yang pakai air putih buat ngobati pasien bukan cuma dukun, tukang servispun bisa jadi dapat gelar 'mbah dukun' karena ngobatin TV pakai segelas air putih. Kira-kira kejadiannya adalah, ada tikus kencing di depan TV tsb, air kencingnya ada yang masuk TV bikin konslet hingga TVnya jadi tak bunyi, siapa yang bisa bersih-bersih air kencing tikus kalau bukan 'mbah dukun' ?

Jumat, 04 Maret 2011

Mengetest kapasitor cara tempo doeloe

Saya tertarik untuk menulis tentang cara mengetest kapasitor kecil seperti kapasitor resonan TV setelah membaca tulisan para master yang terasa tajam mengkritik para teknisi yang tidak menggunakan ESRmeter. Saya sendiri sampai sekarang belum menggunakan ESRmeter, pertimbangannya alat ukur itu relatif, misalnya saja saya punya 3 buah AVOmeter dengan merk berbeda, ternyata jika digunakan untuk mengukur hasilnya tidak persis sama. Ketergantungan pada alat ukur bukanlah hal yang terbaik menurut saya. Sedikit-sedikit butuh alat bantu, ya kalau saat itu alatnya ada, kalau tidak ? Bagaimana kalau situasinya darurat ?

Contoh nyata yang biasa dilakukan anak-anak kampung untuk mengetest ada tidaknya listrik adalah pakai testpen kalau alatnya ada, tapi kalau saat itu tidak ada testpen, sementara situasinya darurat, ya dengan merasakan sengatan listriknya langsung, biasanya pakai kuku jari tangan kanan buat nyentuh kabel yang ditest. Tentu saja tak dianjurkan, tapi itu hal biasa dalam masyarakat. Juga menghindari kesetrum saat memperbaiki peralatan yang 'live area', jika menurut teori tentu harus pakai trafo isolasi, tetapi kenyataan di lapangan mungkin trafonya tidak ada, jalan keluarnya ya duduknya di kursi plastik atau kayu dengan kaki tidak menyentuh lantai, hasilnya tidak kesetrum tapi tubuh kalau ditestpen testpennya menyala. Cara-cara yang umum yang mungkin tak disetujui para pakar.

Kembali ke bahasan test kapasitor, bagaimanakah cara mengetest kapasitor resonan ? Prinsip paling benar jika mencurigai rusaknya kapasitor resonan adalah ganti kapasitor dengan yang baru, lho kok gitu? lalu buat apa ESRmeternya ? Kapasitor resonan bekerja pada tegangan ribuan volt dan frekuensi tinggi, sedang ESRmeter pakai batere berapa volt ? Haruskah percaya begitu saja pada alat ukur ? Alat bantu adalah untuk 'approach', sarana pendekatan kebenaran.

Dalam tulisan yang saya baca, mengetest kapasitor dilakukan dengan menggunakan OhmMeter X10K, harusnya jarum menyimpang sebentar kemudian balik lagi. Cara itu dianggap salah kaprah. Yang saya herankan, langkah berikutnya nggak disebut-sebut. Setahu saya, mengetest kapasitor ukuran kecil seperti kapasitor resonan dengan cara tersebut adalah baru setengah langkah. Ohmmeter X10K baru mengetest short tidaknya terhadap arus DC dari batre tester, sifatnya pada arus AC belum ditest. Untuk melengkapi proses test, cara yang saya pakai sejak doeloe adalah dengan menserikan kapasitor tersebut dengan probe Voltmeter AC. Ukur saja tegangan AC listrik PLN 220V, atau tegangan yang keluar dari trafo adaptor 9V, 12V, 15V atau 24V yang keluar dari trafo booster antena dengan melalui kapasitor yang diukur. Pengalaman menunjukkan bahwa hal itu bisa menjadi 'pendekatan kebenaran'. Kapasitor yang baik tentu memblokir arus DC (ditest dengan Ohmmeter) dan meluluskan arus AC (ditest dengan Voltmeter AC). Berapa banyak arus AC yang diluluskan menunjukkan besar kapasitasnya. Teknik ini doloe saya baca di manual Multimeter, apakah setelah ada ESRmeter jadi dianggap tak layak lagi ? Saya pikir masih relevan dipakai saat ini. Jika toh tidak akurat karena memang tegangan dan frekuensi kerja sang kapasitor di dalam TV memang jauh berbeda dari tegangan dan frekuensi yang digunakan untuk mengetest.

Selasa, 01 Maret 2011

Port USB netbook

Sebulan terakhir ini saya mengamati kelakuan port USB netbook yang saya pakai, Advan P1N-46125. Ada perbedaan yang sangat nyata dengan kelakuan port USB pada PC:

Jumlah port USB ada 3 buah, jika ketiganya dipakai sekaligus, misalnya USB1 untuk mouse, USB2 untuk modem, USB3 untuk drive CDROM eksternal, maka salah satu port menjadi "menghilang" dari sistem, misalnya mounting CD menjadi mendadak lenyap, atau mouse menjadi tidak berfungsi (biasanya ditandai lampu mouse mati).
Jika 2 port USB yang dipakai, misalnya untuk internetan, satu port USB untuk modem, satu port USB untuk mouse, akan berakibat kecepatan internet modem turun drastis, bisa sampai seperlima dari yang seharusnya !

Dari pengalaman itu saya berkesimpulan bahwa memang kemampuan netbook tidaklah seperti PC. Jika ingin menggunakan port USB dengan performa maksimal gunakan satu port di satu waktu (jangan bersamaan). Jika ingin internetan pakai modem USB yang ngambil daya dari komputer maka pada saat itu jangan pakai mouse USB, (pakai touchpad-nya saja). Modem USB yang punya batre sendiri lebih cocok, misalnya modem ponsel.

Jumat, 18 Februari 2011

TV LG 21FL4RG layar gelap

Suatu kebetulan dalam satu hari saya mendapat pasien 2 buah TV LG 21FL4RG dengan kerusakan yang sama persis, layar gelap tapi suara normal, tegangan G2 (screen) drop, jika diukur 0V, jika pengukuran dilakukan dalam keadaan socket CRT dilepas dari CRTnya terukur 50V saja walau setelan Screen sudah maksimum. Kesimpulannya FBTnya yang rusak.

Semula saya sempat teringat pada pengalamannya kang Aisy tentang shortnya G2 dengan G1, tetapi sebelum memvonis CRTnya saya cek dulu FBTnya.

Untuk membuktikannya saya lepas kabel screen, kemudian G2 saya kasih tegangan dengan menserikan R 15K dari +180V (pencatu Video Out). Hasilnya gambar keluar walau agak kurang terang sedikit.

Langkah selanjutnya tentu musyawarah dengan yang punya, (karena servis panggilan). Pemilik yang satu menghendaki ganti komponen yang rusak, artinya ganti FBT BSC25-N1651. Sedang yang satunya menghendaki 'direko' saja, diakal-akal, jadi dengan R 15K tadi sudah cukup, semua OK, bagi tukang yang penting sama-sama bayaran.

Ngeblog pakai Opera Mini

Internet, menjadi sarana yang sangat bermanfaat bagi teknisi elektronik untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan, terlebih dengan adanya blog-blog yang mengkhususkan pembahasan di dunia servis elektronik, para teknisi bisa saling melengkapi pengetahuannya. Bagi pemula yang belum tahu caranya tentu menjadi pertanyaan tersendiri. Bagaimana saya bisa membaca dan melihat internet? Bagaimana agar saya bisa terhubung ke internet? Untuk menjawabnya kita perlu tahu dan mampu memanfaatkan fasilitas yang ada di sekitar kita, di antaranya:
  • Peralatan: ponsel, komputer, laptop, netbook, modem, dsb
  • Penyedia koneksi: tower-tower telepon di sekitar kita adalah penyedia koneksi internet.
  • Cara setting.
  • Program yang dipakai: Browser penjelajah internet: Internet Explorer, Firefox, Opera, Google Chrome, Opera Mini, Browser WAP, dsb.
Untuk blogging mungkin perlu program pendukung blogger. Walau Browser itu sendiri sudah dapat digunakan tetapi mungkin perlu program yang lain, misalnya:
  • Editor (contohnya: notepad, kwrite, gedit, hingga program office).
  • Program blog offline (misalnya: Windows Live Writer, BlogDesk, Bilbo, Post2Blog, wBloggar, dsb).
Dari sekian banyak pilihan yang paling familiar bagi saya adalah:
  • Ponsel dengan browser WAP dan Opera Mini.
  • Komputer (desktop dan netbook) dengan OS linux dan windows.
  • Penyedia koneksi internet : Indosat (kartu IM3), Telkomsel (kartu simPATI), XL (kartu XL), Telkomflexi (kartu Flexi Trendy).
  • Alat yang dipakai : modem GPRS (pakai ponsel GSM), modem CDMA (ponsel CDMA atau modem CDMA USB) plus kabel penghubungnya.
  • MicroEmulator untuk menjalankan Opera Mini di komputer.
  • Mengedit blog pakai Bilbo jika pakai linux, atau BlogDesk jika pakai Windows, atau pakai aplikasi yang lain.

Karena tempat tinggal saya baru terjangkau oleh GPRSnya Indosat dan Telkomsel, serta PDNnya Telkomflexi, maka itulah yang saya pakai sehari-hari. Komputer diinstalli Micro Emulator untuk menjalankan Opera Mini. GPRS merupakan koneksi internet yang paling mudah didapat saat bepergian, cocok saat servis panggilan, misalnya saja dengan paket broadband harian IM3, atau Telkomsel, atau XL, atau kartu GSM lainnya. Sesekali juga ngenet pakai WiFi di HotSpot area, misalnya di alun-alun kota Magelang, dengan netbook yang sudah dicharge penuh di sana bisa internetan gratis beberapa jam tergantung baterenya, cocok buat download skema-skema dan mengupdate sistem.
Flexi Unlimitednya Telkomflexi memungkinkan penggunaan browser yang besar macam Firefox, Chrome, Opera, IE, tetapi biasanya koneksi Flexi Unlimited di daerah saya kurang stabil, koneksi cepat hingga 25KB/s bisa tercapai saat baru saja mengisi pulsa, selang beberapa waktu makin lambat dan lambat saja, bahkan sering koneksi terputus atau malah yang menjengkelkan: iddle berhari-hari (bisa connect tapi tak ada data yang mengalir padahal sinyal full).
Bagaimana ngeblog termudah? Blogging offline pakai BlogDesk, Post2Blog, Bilbo, dsb seharusnya bisa sangat memudahkan, tapi kenyataannya sampai saat saya posting ini masih belum berhasil posting dengan cara itu di area GPRS.
Yang jelas berhasil adalah menulis dan mengedit blog pakai Bilbo atau BlogDesk, kemudian lihat mode htmlnya, dicopy ke clipboard (maksimum 5524 karakter), kemudian dipaste lewat Opera Mini. Untuk hematnya halaman pertama yang dibuka adalah halaman login, setelah masuk langsung klik Entri Baru, kemudian pastekan artikel, terus keluar. Biasanya hanya sekitar 100an KB saja. Sedang untuk mengedit posting yang sudah ada lebih sering gagalnya daripada keberhasilannya, misalnya saja jika pakai Opera Mini 5 ke atas memungkinkan karakter yang jauh lebih banyak (lebih dari 5524 karakter), bahkan dilengkapi virtual keyboard, dapat melakukan editing, tetapi saat disimpan/publish seringkali apa yang ditulis itu tidak muncul.

Minggu, 13 Februari 2011

Mengatasi Printer HP Deskjet D1360 yang Mengamuk

Kemarin selama beberapa hari kami sekeluarga sempat dibuat takut oleh printer kesayangan yang 'mengamuk'. HP Deskjet D1360 yang kami miliki biasanya kalau mau ngeprint memang bikin gaduh dulu dengan 'gludak-gludak serr' dulu. Tapi mendadak kemarin gludak-gludak serr-nya keras sekali bagai orang ngamuk nggedor pintu, sambil terus kedip-kedip lampunya dia terus-terusan ngamuk, gludak, gludak, dok-dok-dok, serrrrr.... gludak-gludak-gludak, dok-dok-dok, serrrr.... tombol power tidak berfungsi, hanya mau berhenti kalau kabel listriknya dicabut.

Langkah-langkah 'nimbul' pun dimulai. 'Nimbul' adalah istilah untuk menyebut tindakan untuk mengatasi penari kuda lumping yang ndadi (=trance).

Dengan Voltmeter saya test tegangan yang keluar dari power supply-nya. Power supply printer HP Deskjet D1360 terpisah dari printernya, karenanya tinggal cabut kabel saja. Ada 3 kabel, yang tengah ground, yang tepi satunya harusnya +15V tetapi cuma terukur 12V, yang satunya harusnya +32V tetapi terukur 35V. Mungkin ini penyebab dia ngamuk. Kotak power supply saya bongkar, buka sekrupnya mesti pakai obeng bintang. Ternyata bukanya susah sekali karena dilem.

Setelah terbuka saya periksa, secara kasat mata tidak ada kejanggalan, sepertinya semua komponen mulus-mulus saja. Walau tak tampak menggelembung elco 220u/35V di bagian +12V dan elco 120u/50V di bagian +32V saya cabut pakai solder. Nyari-nyari ganti di rumah yang ukuran segitu kok gak dapet, mau beli ke toko males, habis toko terdekat jaraknya 12 kilometer. Akhirnya saya ganti dengan yang lebih besar, yang tadinya 220u/35V saya ganti 1000u/35V, yang 120u/50V saya ganti 470u/50V. Berhubung tempatnya sempit saya panjangkan kaki-kakinya serta saya 'kathoki' (=dipakaikan 'celana' , maksudnya kaki-kaki elco itu dikasih isolator berbentuk kathok/celana potongan isolator kabel agar tidak short dengan komponen lain) biar elconya bisa 'tidur' diatas komponen lain.

Setelah selesai saya test tegangan keluarannya, pas ...! +15V dan +32V, lalu pasang tutupnya dan dicoba, naaah....... printer HP Deskjet D1360 sudah jadi anak manis lagi.

Selasa, 08 Februari 2011

Ternyata TVnya cuma 'batal'

Beberapa hari saya dibuat pusing TV Sharp Fine Crystal yang tangkapan siarannya tidak stabil, berubah-ubah sendiri, tegangan VT pada tuner naik turun dengan irama tak jelas.

Pertama saya cek tuner dengan memasang potensiometer 50K, tep tengah disambungkan ke pin VT tuner, tep pinggir satunya ke ground dan satunya ke +33V seri dengan R 10K. Potensio diputar, tangkapan normal, kesimpulan tuner no problem. Potensio dipindah ke bagian TR yang terhubung dengan VT, hasilnya kadang normal tapi kadang tidak. Kesimpulan sementara ada yang tidak beres antara VT tuner hingga pin VT di IC program.

Untuk memudahkan kerja saya 'reboisasi' saja komponen di jalur VT tuner hingga ke pin VT IC program, ternyata nggak ada bedanya. Lalu PCB saya bersihkan pakai thinner, juga nggak ada perkembangan. Iseng-iseng saat TV hidup saya panasi dengan hair-dryer, eh ada perkembangan sedikit. Akhirnya pakai ilmu 'nawaitu mandi jinabat', mesin TV saya lepas kemudian saya mandikan di pancuran sambil disikat pakai kuas. Selanjutnya dikeringkan dengan hair-dryer. Setelah benar-benar kering mesin saya pasang, dan ...... cespleng top markotop. Ooooo, ternyata TVnya nggak rusak, cuma sedang 'batal........ cuma butuh mandi jinabat'.

Mencuci mesin TV

Salah satu syarat TV bisa beroperasi dengan baik adalah bersih. Kadang-kadang gejala rusak hanya diakibatkan kotor, yaitu kotoran yang bersifat penghantar.

Ada beberapa bahan yang bisa digunakan untuk membersihkan kotoran pada mesin TV.

  1. Bensin. Mudah didapat, merupakan bahan isolator (tak bikin konslet), cepat kering karena menguap. Bisa mengatasi beberapa macam kotoran yang bisa larut dalam bensin. Cara pakai, pakai lap yang dibasahi bensin kemudian untuk mengelap bagian yang kotor, misalnya kabel HV. Bisa juga pakai kuas. Jangan nyalakan TV kalau bensin belum habis menguap karena bisa kebakaran.
  2. Thinner. Kemampuan membersihkannya lebih hebat dari bensin, tetapi tidak sembarangan saat membelinya. Sebagian besar thinner yang dijual di pasaran bersifat menghantar, saat mau pakai sebaiknya dites dulu dengan OhmMeter X10K. Kuas yang dibasahi thinner bisa digunakan untuk membersihkan bagian-bagian mesin TV yang kotor, terutama bagian jalur PCBnya. Salah pilih thinner bisa malah berakibat merusakkan mesin TV karena malah konslet. Thinner yang jelek akan meninggalkan sisa yang tidak menguap yang membahayakan mesin TV.
  3. Air. Air merupakan bahan penghantar, tetapi bisa efektif membersihkan mesin TV. Banyak kasus kerusakan TV yang bisa diselesaikan dengan dicuci pakai air, misalnya TV yang dikencingi tikus, ketumpahan air gula, dsb. Kasus seperti itu tak bisa diselesaikan dengan bensin atau thinner. Membersihkannya bisa secara lokal saja dengan kuas yang dibasahi air, atau keseluruhan sekalian. Saya sering melepas mesin TV yang dikencingi tikus dari boxnya kemudian mencelupkannya di selokan sambil disikat pakai kuas dengan hati-hati. Setelah bersih dikeringkan dengan dimiringkan dulu biar tuntas, bisa dijemur, atau langsung di keringkan pakai hair dryer sampai benar-benar kering. Bagaimana kalau nyucinya pakai sabun? Mungkin ada kalanya perlu sabun, tetapi selama bisa diatasi dengan air bersih saja ngapain pakai sabun, proses bilas yang kurang bersih menyebabkan ada sisa sabun yang bisa jadi masalah di kemudian hari.

Banyak kasus aneh-aneh yang akhirnya hanya berujung pada: TVnya perlu 'cebok' atau 'mandi'.